"Waktu itu, yang aku rasain, apa kamu rasain juga?"
ㅡLevian Danu Gunadharma
Pukul dua siang. Siang itu sudah kelewat terik. Agaknya, ibukota dan Semarang tidak begitu jauh berbeda. Kala uap jalanan sudah naik, udaranya tetap saja gerah. Yah, namanya juga negara tropis, mau ada di belahan Indonesia sebelah manapun, sepertinya akan tetap berkeringat juga.
Tapi setidaknya duduk di teras sembari sesekali tertawa menanggapi suara dari seberang telpon membuat Danu tidak begitu peduli dengan beberapa manusia yang menatapnya samar kala lewat di depan kediaman Pak Galih.
"Wih, lo kayak artis dong, Mas? Diliatin tetangga," tukas Ghiska menggoda.
Ditempatnya, Danu tertawa, "Padahal gue nggak di teras banget. Ketutupan pager, sama pohon di teras."
"Mendadak jadi bintang lo di kampung orang!"
"Ya, mau gimana lagi. Sebenernya gue masih nggak begitu ngerti, cuma gimana ya, Ghis?"
"Apanya yang nggak begitu ngerti, Kak?" Lalu sahutan Kanina membuat Danu sedikit menegakkan badan. Sungguh, Danu tahu, Kanina tidak ingin membahas perihal apa kata tetangga. Untuk itu Danu hanya diam menatap kala Kanina mulai mengambil duduk pada bangku di sisinya sambil lalu mengenakan sepatu.
"Enggak, ini Ghiska lagi cerita, tapi gue nggak nyambung maksudnya dia apa." Di seberang sana, Ghiska terbahak. Tidak melihat pun, Ghiska tahu, Kakaknya itu tengah mati kutu.
Jadi Ghiska sudi saja sekali lagi dijadikan tumbal. "Mampus lo terciduk!" ejeknya.
Danu hanya mencebik, "Ya udah, nanti gue telpon lagi." Tanpa menunggu jawab, laki-laki itu menutup sambungan.
Lalu, derit suara pagar yang digeser membuat Danu dan Kanina kompak menoleh. "Loh, kok sampun wangsul, Pak?" tanya Kanina.
"Lah, koe arep mangkat Jakarta toh? Ya kita pulang. Wis arep mangkat iki? Kok wis siap-siap?" Pak Galih bertanya menyadari Kanina sudah siap berangkat dengan sepatu kets yang sudah tertali rapi dan ransel kecil yang sudah teronggok di sisi kursi teras.
"Nggih, Pak."
"Dianter Nino, ta piye?"
"Hallah! Biasane ya mangkat dewe, kok saiki pake dianter?" Ini Nino yang berucap.
Tak ada jawab selain decak kesal dari si gadis. Danu kan jadi gemas. Dilihat dari segi manapun, Kanina tetap lucu. Apalagi kalau bertengkar dengan Nino begini.
"Siapa juga yang minta dianter! Mangkat dewe aku!" Nah kan, nah kan. Bagi Danu, Kanina jadi makin lucu sekali kalau sudah cemberut begitu.
"Minta anter Levi kae loh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...