"Wallpaper itu nggak aku ganti bertahun-tahun, kalo aja kamu tau."
ㅡLevian Danu Gunadharma
"Oh, ternyata ada spot foto gini juga ya di sini?"
Siang itu, Danu tercenung menatap rambatan akar yang seolah tengah mengunyah tembok bata di Kota Lama. Akar-akar itu tampak gemuk di sisi jendela kayu dengan beberapa ranting yang menggantung pada dahan di bagian atasnya. Banyak wisatawan asing maupun lokal asik sekali mengabil foto di depan tempat unik itu.
Bagaimana tidak, tembok rapuh yang bahkan sudah tidak ada atapnya itu masih bisa berdiri disokong akar besar itu. "Masa gue waktu itu nggak lewat sini, ya?" gumamnya.
Lalu, Kanina tertawa, "Nggak lewat sini, apa emang nggak fokus waktu itu?"
"Ya bisa jadi sih, gara-gara lo, sih!"
"Lah! Kok aku, Mas?"
"Ya kan waktu itu gue muter-muternya sambil sumpek kepikiran lo!" Dalam satu kalimat, laki-laki itu lantas pergi meninggalkan Kanina. Kaki jenjangnya melangkah lebih dulu selagi tetiba lengannya tertahan.
Ada lengan lain yang melingkar di sana, "Nggak mau foto dulu, Mas? Sayang banget udah di sini."
Laki-laki itu menoleh pada tempat yang masih ramai manusia bergiliran foto di sana. "Rame banget, Nin. Lagian, ㅡ "
Kalimatnya yang terhenti itu membuat si gadis mengeryit, "Lagian kenapa?" tanya Kanina.
"Vibe-nya dark banget dah. Skip!"
Lalu, entah kenapa, Kanina terbahak sementara Danu hanya mencebik. Siang itu, Danu dan Kanina masih sibuk mengelilingi Kota Lama. Jujur saja, ini bukan kali pertama Danu mengeliling Kota Lama. Kala itu, Danu dengan segudang emosinya pun juga mengitari Kota Lama, tapi agaknya kali ini berbeda. Ia dengan Kanina. Danu masih dengan segudang emosinya, tapi kali ini, bisakah disebut emosi bahagia?
Pagi ini, Kanina membangunkannya dan menyeretnya naik bus untuk ke Kota Lama. Katanya, Kanina membayar hutang untuk mengajak laki-laki ini berkeliling bersama. Ya, memang benar, Kanina pernah berjanji begitu. Tapi bisakah kalau Danu menganggap hari ini seperti kencan pertamanya dengan Kanina?
Bagaimana tidak begitu, keduanya yang sibuk berkeliling itu entah sengaja atau tidak sesekali menautkan tangan. Entah Danu yang menjaga gadis itu kala menyebrang jalan, atau juga Kanina yang takut langkahnya tertinggal hingga dengan sengaja menarik lengan laki-laki itu, seperti saat ini.
Lucunya, biar langkah sudah sejajar pun, kadang keduanya jadi lupa caranya jalan sendiri-sendiri. Sesekali keduanya bergantian mengambil foto masing-masing di depan sebuah bangunan bernuansa Belanda. Tapi, tak jarang juga usai berfoto sendiri, baik Danu maupun Kanina saling mengajak mengambil swafoto.
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...