"Ini aku yang kena pelet apa gimana?"
ㅡLevian Danu Gunadharma
Ini weekend, Minggu siang yang sudah menjelang sore. Dengan nyawa yang masih setengah, laki-laki bersurai kecokelatan itu berjalan keluar dari kamarnya. Ia masih terlihat mengucek netranya, isi kepalanya masih berhamburan acak, tercecer dari atas bantal sampai ia berdiri di depan pintu kamar Ghiska.
Di dalam sana, Adiknya itu terlihat sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam ransel. "Baru bangun, Mas?" tanya Ghiska.
Tanpa menjawab, Danu malah beringsut ke atas kasur Adiknya dan kembali memejamkan mata. Jadi, tanpa berniat menaruh simpati, Ghiska menarik guling yang dipakai sebagai bantal oleh Danu.
"Bangun, Mas! Udah jam tiga. Masih kurang tidurnya?" omelnya.
Usai kepalanya terantuk cepat pada kasur, Danu lantas terduduk. Ia mengusak-usak surainya dan lantas menutup wajah. Setelahnya, ia menguap. "Gue baru tidur jam delapan pagi, Ghis."
Adiknya mencebik, "Siapa suruh pulang pagi?"
Wajahnya yang masih seperti mayat hidup itu lantas menatap Adiknya kuyu, "Ya kan mesti prepare buat KKN besok. Sie perlengkapan itu repot!" Danu membela diri.
Ghiska lalu mendesis sebal, "Hallah! Alasan! Bilang aja mabar sampe subuh!"
Enggan berdebat dengan Adik perempuannya. Danu lalu mengambil tas kecil milik Ghiska di atas kasur dan beringsut ke meja rias kecil di sisi kasur. "Dimasukin semuanya nggak ini yang di atas sini?"
"Iya, masukin semua aja, Mas. Tapi parfumnya satu aja. Lip tint-nya tiga aja. Bedaknya satu aja. Deodorant-nya nggak usah, nanti beli aja. Terus, .... "
"Ghis! Itu namanya nggak semua!"
Danu menyelah, Adiknya itu menyeringai kala bertatap wajah, "Hehe. Ya gimana kalo packing aja lah, Mas. Lengkap tapi nggak ribet."
Laki-laki itu menghela panjang dan mulai mengemas kosmetik ala kadarnya ke dalam tas kecil. Beruntung Ghiska bukan make-up addict, jadi tidak banyak yang harus Danu kemas.
"Kanina, Kanina, itu siapa sih, Mas?" Lalu, Ghiska menyelah.
"Hush! Mbak!"
"Iya, iya. Mbak Kanina. Itu Mbak Kanina siapa? Temennya Mas Danu?"
"Adek tingkat di kampus."
"Oh, Adek tingkat. Mbaknya deket sama Mas Danu? Kok gue dibolehin nampang nggak bayar."
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...