46 ; Feel to Fall

113 13 0
                                    


"Aku pernah berharap, kamu tetep mikirin aku kayak gitu."

ㅡLevian Danu Gunadharma

"Mas Danu besok berangkat jam berapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Danu besok berangkat jam berapa?"

Sedari tadi pagi, Danu sibuk sekali. Sudah hampir dua pekan ia ada di Jakarta, tapi agaknya ia jadi tidak punya banyak waktu dengan Ghiska. Visa, paspor, surat delegasi dan segala tetek bengek pemberangkatan ke Michigan membuatnya kurang tidur. Tidak heran ada lingkar hitam di sekitar netranya sekarang.

Selagi masih sibuk dengan pakaian dan juga banyak koper-kopernya. Laki-laki itu menyahut, "Jam tiga subuh harus udah ngumpul Bandara," singkatnya.

Tidak ada sahutan dari adiknya itu selain helaan panjang. Gadis itu kemudian beranjak dari kasur dan menarik kursi meja belajar di sudut kamar Danu, "Yang mau dibawa buku apa aja?" tawarnya.

"Bantu lipet baju aja dong."

Danu kemudian menyodorkan beberapa potong pakaian kala Ghiska kini terduduk di hadapannya. Gadis itu hanya diam selagi hastanya sibuk melipat pakaian. Sejatinya, Danu tahu, Ghiska tidak ingin berjarak. Biar bagaimana pun, seumur hidupnya hanya bergantung pada kakak semata wayangnya.

Kalau sudah begini, Danu jadi ikut gelisah. Kutuki Danu yang beberapa pekan lalu berkata lebih berat meninggalkan Kanina ketimbang Ghiska, nyatanya kalau boleh jujur ia tidak bisa tidur beberapa hari ini hanya karena Ghiska menolak tiggal dengan Kanina.

"Lo yakin nggak mau ngekos bareng Mbak Nina lagi?" Danu memastikan.

Tak ada jawab, gadis yang tiga tahun lebih muda dari Danu itu hanya menggeleng samar dan lantas menatap. Ia tersenyum samar, "Cepet atau lambat, emang harus dihadapi, kan?" pada akhir kalimatnya, Ghiska menghela panjang dan kembali menyibukkan diri dengan pakaian Danu.

Jawabannya sederhana, tapi Danu tahu. Ghiska mungkin mencoba berdamai dengan keadaan, berhenti kabur dan melarikan diri. Sudah waktunya dihadapi saja. Danu lantas mengacak surai gadis itu, "Kalo mulai nggak betah, nanti telpon gue."

"Dua belas jam bedanya. Tolong!"

"Gue nggak mau kalah sama minimarket, buka dua puluh empat jam!" tantang Danu jemawa.

Mau tak mau, Ghiska lantas tertawa. Gadis itu melempas kaos yang tadi sudah dilipatnya tepat pada paras laki-laki itu. Kalau begini kan Danu jadi agak tenang. Ia yakin, Ghiska akan baik-baik saja.

"Lagian gue juga mau masuk kuliah, pasti banyak sibuk juga."

"Cie, yang sekarang anak kuliahan."

"Stop!"

(in)complete [COMPLETE][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang