"Aku nggak bisa bilang aku nyesel, tapi aku juga nggak bersyukur atas hal itu."ㅡLevian Danu Gunadharma
"Ini Nina aja yang bawa ke belakang."
Usai makan siang bersama, Danu bermaksud membantu membereskan meja. Selain Bu Juli yang sedari tadi sudah mendahului pergi mencuci piring, kini Kanina juga menyelah, enggan membiarkan Danu repot.
Siang itu, kediaman sederhana di bawah kolong langit Semarang itu cukup tenang. Pagi-pagi tadi, Pak Galih dan Nino pergi memancing katanya, sementara Mas Surya bertandang ke kediaman pujaan hatinya. Jadilah Danu sendirian.
Aduh, kan jadi tidak enak. Selesai makan, Danu malah duduk-duduk manis sementara sang tuan rumah sibuk di dapur mencuci bekas makannya. Memangnya Danu siapa? Rasanya, Danu belum pantas untuk dilayani begini.
Baiklah, ayo beranjak saja. Siapa tahu, ada yang bisa Danu kerjakan. Atau setidak-tidaknya, menemani.
"Ibu tadi pagi pas di pasar ketemu Bu Ningrum."
"Terus?"
"Bu Ningrum tanya, tamu yang dirumah apa pacarnya Kanina yang baru abis putus sama Danu."
Kala itu juga langkah Danu berhenti pada daun pintu dapur. Danu pun juga tak tahu apa membuatnya menyembunyikan diri dibalik tembok hanya demi mendengar sayup di antara gemericik air.
"Ibu jawab piye?"
"Ya nggak, cuma tamu. Temenmu sing mau magang di kantornya Surya." Begitu tukas Bu Juli.
Ya memang benar, sih. Itu fakta. Tapi entah, Danu tidak tahu kenapa ia jadi sedikit kecewa mendengar penuturan Bu Juli. Ayolah, Dan! Memangnya jawaban apa yang kamu harapkan?
"Kenapa nggak dijawab iya aja toh, Bu?"
"Hush, belum tentu jadi jangan di umbar-umbar gitu."
"Aku kesel tenan sama Danu. Masih aja ngejar-ngejar aku, padahal dekne ya wis gendaan sama Ria."
"Jadi kemusuhan tenan sama Ria toh?"
"Lah meh piye, Bu? Ria sing nebar abu hangat ning Danu ben Danu cemburuan sama aku kok. Sukses dia, bar aku putus, Danu dipacari. Ora sing cewek, ora sing cowok sama aja."
"Jangan terlalu benci gitu, Nduk. Ora pantes. Semakin benci sama orang, biasanya akan semakin didekatkan nanti. Biar kamu belajar untuk menerima kelemahan orang itu yang ngebuat kamu benci dia. Nek kata orang kuwi, garis antara benci dan cinta itu tipis."
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...