34 ; Home(?)

156 13 0
                                    


"Waktu itu, seharusnya aku nolak."

ㅡLevian Danu Gunadharma

"Kak Levi beneran nggak apa-apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Levi beneran nggak apa-apa?"

Hari itu sudah menjelang siang, sang surya mulai gemar menyengat kulit. Aroma debu dan monoksida mulai bergantian masuk dalam indra penciuman Danu. Laki-laki itu jadi kian mual.

Ia hanya menghela panjang usai melahap sendok terakhir makanan siap saji yang dibelinya dari supermarket usai menginjakkan kakinya di Stasiun Tawang, Semarang.

Kalau boleh jujur, sudah lama sekali Danu tidak melakukan perjalanan panjang begini, terlebih naik kereta yang berjalan mundur. Awalnya, Danu menikmati setiap deret pohon yang seolah berjalan meninggalkannya, tapi lama-lama jadi pusing juga.

"Mau istirahat dulu aja? Duduk-duduk sini dulu. Baru nanti lanjut." Dan jujur saja Danu jadi tertawa gemas melihat raut khawatir gadis itu.

"Nggak apa-apa, lanjut aja. Kalo ditunda, nanti malah nggak nyampe-nyampe di tempatmu." Dengan itu, Kanina merengut kalah.

Sebesar apapun khawatirnya, Kanina tetap saja seperti seorang mahasiswa baru yang tidak bisa membantah Si Komisi Disiplin.

Cepat, Danu kembali menggendong carrier, sementara Kanina membantu laki-laki itu menggeret kopernya. Keduanya berjalan santai menyusur parkiran Stasiun Tawang menuju Halte Bus tepat di depan Stasiun.

Diam-diam, Danu ingin tersenyum. Rasanya seperti sedang liburan berdua. Netranya tak bisa lepas mengamati paras ayu gadis itu. Kanina yang berkali-kali menilik ponsel selagi mengomel sendiri melihat tanda Bus masih jauh dari aplikasi yang terpasang. Gadis itu sesekali berdiri, melihat ke arah jalanan, kembali duduk lagi, berdiri lagi, resah sendiri. Danu kan jadi mendengus gemas, "Yang sabar. Namanya juga masih jauh," tukas Danu.

"Ya, ... Biar bisa cepet sampe rumah aja, biar Kak Levi juga bisa cepet istirahat."

Lalu, entah setan dari mana, Danu meraih pergelangan yang tergantung layu di hadapannya, "Duduk sini dulu. Nanti juga pasti dateng kan?"

Laki-laki itu menatap teduh, dan Kanina terdiam. Detik itu juga, Halte jadi rasa miliki berdua saja, yang lain cuma figuran. Dan kala itu, satu sekon sudah cukup untuk menukar rasa.

Kanina mengerjap, cepat-cepat ia mengambil duduk di sisi laki-laki itu. Mendadak, Halte Bus jadi terasa lebih panas dan sesak dari sebelumnya. Hastanya jadi sibuk mengipas wajah, sibuk membuka resleting jaketnya. Sementara Danu hanya tersenyum samar, ingin hati menertawakan, tapi tidak cukup tega. Nanti Kanina jadi kian salah tingkah.

Jadi, Danu memilih untuk diam saja. Diam-diam menyodorkan botol minuman dingin, "Nih, seger!"

"Thankyou, Kak."

(in)complete [COMPLETE][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang