"Aku nggak bisa liat kamu kayak gitu."
ーLevian Danu Gunadharma
Dari sekian banyak mimpi yang pernah dilayangkannya pada angkasa, Danu tidak pernah begitu takut untuk menerbangkannya seperti saat ini. Asanya terus terpupuk, tapi tak pernah punya cukup helium untuk meroket. Mimpi itu terus saja sengaja terus dibungkusnya, dan berujung menjadi ranjau angan, yang tengah menunggu waktu meledaknya.
Danu tidak bodoh, Danu tahu, biar bagaimana pun, apa yang tengah ditimbunnya adalah hal yang salah. Sangat salah. Untuk itulah, sebisa mungkin, ia tak mau membiarkan mimpinya keluar, tanpa peduli seberapa kencang mimpi itu mengetuk. Dan semoga saja, mimpi itu tidak akan memberontak keluar.
"Pagi, Kak." Lalu, Danu harus berusaha keras menahan pintu mimpinya. Entah apa yang sebenarnya dilakukan gadis itu, tapi kala ia tersenyum, kala itu juga angannya berteriak, menjerit, menggedor lebih keras, meronta.
"Iya, pagi." Danu bukannya kikuk, tidak. Hari ini Danu harus menjalankan perannya, Koordinator KomDis, sudah seharusnya ia memasang tampang dinginnya, kan?
Tapi sial, agaknya tampang dingin itu tak lagi bisa menipu Kanina. Gadis itu bukannya langsung menuju barisannya, gadis itu berhenti, menurunkan ranselnya di depan Danu dan lantas mengeluarkan sebungkus dorayaki dari kresek minimarket sebelah kampus.
"Buat sarapan, Kak. Pasti belum makan, toh?"
Laki-laki itu tak kuasa, perangai dinginnya luntur. Danu mendengus gemas kala meneriman uluran roti panggang dengan selai cokelat itu. "Thanks ya. Buruan baris gih."
Kanina mengangguk cepat dan lantas mengambil ranselnya. Sekali lagi, gadis itu menyerangai meluluhkan hati Danu sebelum kemudian pergi meninggalkan gelisah.
Pagi itu, usai segala persiapan, seluruh mahasiswa baru fakultas ekonomi lantas berangkat mengikuti kegiatan latihan dasar kepemimpinan. Sebanyak tiga truk marinir beriringan untuk terbang rendah menuju bumi perkemahan, Bogor.
Sudahlah, Danu mau jaga jarak saja. Selain karena Danu yang tidak mau maju, Danu kan juga tengah mengemban tugas. Almamaternya kini menjadi tanda bahwa ia harus menjadi Danu, bukan Levi.
Lucunya, satu hari sebelum keberangkatan, Danu menyerahkan Kanina pada pengawasan Kenzo. Gue nggak bisa, Zo, kalo mesti marahin Kanina, lo aja. Begitu pesannya. Dan rekan Komisi Disiplinnya itu hanya menghela, sebelum kemudian menertawakan.
Itulah juga alasan Danu memilih untuk naik truk yang berbeda dengan gadis itu. Sepanjang jalan yang ditempuh, Danu hanya merapal mantera. Semoga Kanina tidak mabuk darat!
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...