"Aku rasa, kamu perlu tau, kan?"
ㅡLevian Danu Gunadharma
Sejujurnya, keduanya masih begitu canggung untuk terjebak berdua saja. Itu sebabnya Kanina dan Danu hanya diam sepanjang perjalanan. Namun, gadis itu tak lagi bisa diam kala ia menyadari roda motor laki-laki itu menggelinding pada jalur yang tidak semestinya.
Kanina lalu menepuk pundak Danu, "Kak, kosannya kan belok kanan?" ucapnya memastikan.
"Mampir makan bentar, Nin!" sahut Danu setengah berteriak, berusaha mengalahkan deruan-deruan motor di tengah hiruk pikuk Ibukota.
Tak berapa lama, motor laki-laki itu sampai di sebuah rumah makan cepat saji. Danu lantas menyuruh Kanina untuk mencari tempat duduk selagi ia melangkah ke arah counter pesanan.
Gadis itu memilih duduk pada bangku kosong di tengah ruangan. Kanina kemudian mengeluarkan ponselnya, sekadar membalas beberapa pesan dan membuka dunia biru. Sesekali, ia tertawa sendiri membaca cuitan-cuitan lucu yang ia temukan di sana.
Hingga Danu kembali membawa nampan penuh dengan satu porsi nasi dan juga ayam goreng, kentang, dan dua gelas soda. "Makan gih," titahnya usai menghaturkan nasi dan ayam goreng untuk Kanina.
"Lah, Kak Levi nggak makan?"
"Gue udah makan tadi di kantin."
"Tak pikir Kak Levi yang mau makan?"
"Lo nggak mau gue bayar, ya udah gue traktir makan aja."
Kanina lantas terkekeh, dan Danu mencebik. Ia tidak sedang bercanda. Danu memang benar ingin membalas kebaikan gadis itu.
Setelahnya, keduanya sibuk sendiri-sendiri. Kanina sibuk mengunyah makanannya sambil sesekali bermain dengan ponselnya, begitu juga dengan Danu. Tidak ada perbincangan, keduanya hidup dengan dunianya masing-masing. Entah karena terlampau canggung untuk berucap, atau memang tidak ada hal yang ingin dibicarakannya.
Hingga tetiba, ponsel Danu mendadak mendayukan notifikasi berirama peringatan. Daya ponselnya menipis. Laki-laki itu lalu meletakkan ponselnya ke atas meja, ia lalu menyambar ransel yang letakkan di sisinya.
Beberapa kali ia melongok dan merogoh ke dalam ranselnya, namun tak juga ia temukan penyimpan daya cadangan yang biasa ia bawa kemana-mana.
Mau tak mau, Danu jadi mengeluarkan beberapa isi ranselnya yang cukup berantakan itu, maklum, Danu bukan Kenzo yang akan begitu rapi menata barang-barangnya. Jadi, ia seringkali memasukkan barangnya asal saja ke dalam ransel.
Danu mengeluarkan buku, pena, topi, chager, pun juga flashdisk ke atas meja. Kanina tersenyum samar melihat benda kecil dengan strap biru tua itu. "Itu handmade ya, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...