"Hari itu, aku belajar apa artinya bahagia.
Jadi, apa itu kamu?"ㅡLevian Danu Gunadharma
Kata orang, mengakui kelemahan akan membuat kita lebih mudah menjalani hidup. Tapi, agaknya Danu tidak memperhitungkan satu hal lain. Bahwa mengakui kelemahannnya pada Kanina akan membuatnya merasa kelewat nyaman berbicara dengan gadis itu.
Ini aneh. Danu biasanya tidak begini. Ia benci harus bercerita pada orang asing. Ia benci kalau orang asing terlalu tahu banyak tentang dirinya. Ia benci kalau orang asing memandangnya iba.
Tapi tidak dengan Kanina. Gadis itu mendengar, tidak menyalahkan, tidak juga membela, tapi menawarkan bantuan dan membuat Danu tertawa pada akhir cerita pilunya.
"Masa gara-gara lo demen ngebegoin dia, lo jadi naksir? Nggak ada alasan yang lebih keren apa?" cecar Danu.
"Ya emang menurut lo naksir mau kayak gimana rasanya?" Setelah sekian perbincangan panjang, Kenzo jengah juga.
Siang di akhir pekan itu, Danu merusuh di kediaman sang karib. Dan dengan tiba-tiba saja, Danu bertanya pada karibnya itu, tentang bagaimana dan kenapa Kenzo bisa jatuh cinta pada Dara.
"Ya misalnya lo demen karena dia cantik kek, baik kek, pinter nyanyi kan anak Padara. Alasan lo nggak logis." Dengan segala logikanya, Danu mencecar Kenzo habis-habisan.
Sementara Kenzo hanya terduduk di sisi karibnya itu sambil lalu membuka sebungkus keripik singkong. Usai menguyah satu suap, Kenzo mulai berpikir.
"Dara itu, lucu. Dara itu, cantik. Dara itu, gemes. Dara itu, bego. Dara itu, uwu. Dara itu, lemot. Dara itu, .... "
"Bucin lo! Nyesel gue tanya sama lo." Belum selesai Kenzo bicara, Danu menyelah.
Di sebelahnya, Kenzo hanya tertawa. "Lagian gue heran, lo itu udah bego tapi masih bisa ngebegoin cewe lo," lanjut Danu.
Kenzo kian tertawa kemudian, "Dulu pertama kali gue ngebegoin dia pas ospek Univesitas itu loh. Gabut banget kan pas materi, gue gambar-gambar di buku, tapi pake ballpoint yang bisa dihapus. Dara di sebelah gue jadi heboh anjir, baru tau dia ada ballpoint bisa dihapus gitu."
Kenzo berhenti sejenak. Tawanya mulai meledak mengingat kala pertama ia mengenal gadisnya. "Terus gue bilang itu belinya kudu di luar negeri, harganya sejuta. Eh, dia percaya dong! Kan gemes!"
Kala Kenzo mulai terpingkal, Danu mendengus heran, "Sama aja kelakuan lo berdua. Satunya ajaib nggak terpahami, satunya lemot nggak ketolong."
"Dan, intinya tuh ya, nyaman. Gue nyambung ngomong sama dia, dia nyambung ngomong sama gue. Bahkan, lama-lama bakal kerasa aneh kalo dia nggak ngambek sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...