"Kalau aja aku lebih peka sebelumnya."
ㅡLevian Danu Gunadharma
"Gue udah lama nggak ketemu sih, Mas."
Tak ada jawab. Danu hanya menghela kala langkah kakinya kian berat, seberat hatinya. Sorotnya terpaku pada jajaran cornet kaleng di supermarket, seolah menimbang mana yang baiknya dibeli, mana yang sesuai dengan uang bulanannya, mana yang sesuai dengan seleranya. Tidak ada yang tahu, kalau angannya melayang.
Kalau bisa, kalau saja bisa, angannya yang terbang itu bisa menemui gadis yang jauh di sana. Sekadar menyampaikan rindu yang mulai tak terbendung, merundung jiwanya.
"Mas?" Hingga lantas, lembut suara itu membuatnya menggeleng samar dan lantas membetulkan letak earphones dalam rungunya.
Seolah tahu kalau kakak laki-lakinya itu mulai hilang arah, Ghiska berucap, "Jangan bingung gitu. Besok coba deh gue mampir ke fakultas lo, siapa tahu ketemu."
"Oh, nggak usah nggak apa-apa, Ghis. Katanya lo masih sibuk praktikum?"
Di seberang sana, adik perempuannya itu mendesis, "Nggak apa-apa tapi udah berminggu-minggu lo linglung begini, revisian nggak beres-beres. Makin nggak fokus lo makin lama nggak bisa pulang, Mas!" Ghiska menghardik kesal sementara Danu hanya terkikik sambil lalu mengambil satu kaleng cornet.
"Lo pikir lucu? Gue bakar juga lo lama-lama. Kesel banget." Sekali lagi, Ghiska menyembur. Kalau saja Danu ada di hadapannya, mungkin laki-laki itu sudah habis dibakar senyawa kimia yang biasa dimainkan Ghiska kala praktikum.
Tak ada jawab dari Danu, laki-laki itu hanya melangkah kuyu ke arah kasir supermarket selagi menyerahkan keranjang belanjanya. Tak ada cakap juga, Danu gelisah, begitupun Ghiska. Diam-diam, gadis di seberang sana hanya mendengar suara mesin barcode dan suara transaksi Danu dengan kasir.
Selagi melangkah kembali ke asrama, Danu mendongak. Di atas sana, langit kelabu seolah menggantungkan cemasnya. Lagi, ia menghela panjang.
"Emang temen-temen lo pada nggak ada yang pernah ketemu juga, Mas? Mas Kenzo? Mas Wawan?" tanya Ghiska kemudian.
Kala meneruskan langkah, Danu mengedikkan bahu, walau tahu betul kalau Ghiska tidak melihatnya. "Kenzo sih sibuk skripsi, lebih sering ke lapangan, cari data. Ke kampus cuma bimbingan doang. Kalo wawan kan lagi magang, Yudha kan juga. Lupa lo?"
"Oh iya juga sih."
Pada akhirnya, Danu tertawa samar. "Kampus gimana? Enak jadi anak Tekim?" Yasudahlah, rasanya egois sekali kalau Danu hanya membicarakan perihal Kanina, perihal kisahnya, perihal gelisahnya. Biar bagaimana pun, Ghiska kan juga bagian dari prioritasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...