"No doubt! Kamu emang perempuan baik.
Apa karena itu aku jadi suka?"ㅡLevian Danu Gunadharma
Meja paling pojok di sudut kantin selalu menjadi tempat paling gaduh pada jam-jam makan siang selepas perkuliahan. Jangan bertanya siapa penghuninya, sudah jelas Danu, Juned, Kenzo, Yudha, pun juga Wawan.
"Ya lagian lo! Udah tau Pak Azis orangnya kayak apa masih nekat aja copas tugas temen," tutur Danu tiba-tiba.
"Pak Azis emang jeli orangnya soal copas-mengopas," imbuh Kenzo.
Di sisinya, Yudha hanya cemberut malas usai tugas makalahnya ditolak mentah-mentah siang ini.
"Udah gue bilangin ganti-ganti dikit isinya, Yud!" Lalu, Wawan turut menyalahkan.
"Mana sempet? Gue chat lo tadi pagi baru inget kalo ada tugas." Dan Yudha mencoba membela diri.
"Gue bilangin juga apa, gue kasih tugas gue nggak mau. Tinggal ganti nama terus print doang juga, tugas tahun lalu, orangnya nggak bakalan inget juga." Lalu, dengan bangganya Juned mengucap idenya sambil masih asik memakan nasi rames.
Di sebelahnya, Yudha hanya mencebik, "Bang, tolong ya! Topiknya aja beda!"
Lalu, Juned hanya terkekeh puas. Tawanya menyeruak sampai ke sudut kantin yang lain. Membuat seluruh pasang mata menoleh ke sumber kegaduhan. Beruntung semua kawannya ini sudah tebal muka.
"Kalo bukan anaknya Tante Ria udah gue lakban mulut lo, Bang!" kesal Yudha.
"Nggak sopan lo sama yang lebih tua!"
"Yud, lo kalo pengen pindah, rumah gue terbuka lebar," imbuh Danu sambil menahan tawa mendengar perdebatan saudara ini.
Iya. Juned itu Kakak sepupu Yudha. Keduanya tinggal satu atap sejak Yudha menimba ilmu di tempat yang sama dengan Juned.
Karena Yudha tinggal di daerah Bogor dan akan memakan waktu yang begitu lama untuk pulang-pergi, jadi, daripada habis tua di jalan, orangtuanya menitipkan Yudha pada orangtua Juned.
"Lo mau berantem sama siapa lo kalo pindah rumah? Ntar lo kangen sama kentut gue tiap pagi."
"Najis!" tekan Yudha sambil lalu mengepalkan bungkus chiki yang baru saja habis dimakannya. Lalu, ia lemparkan begitu saja mengenai dada Juned.
Tidak marah, Juned sekali lagi terbahak, kencang sekali. Sementara tiga orang yang lain hanya geleng-geleng kepala menonton perdebatan dua saudara ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...