04 ; She's so Noisy

479 45 81
                                    





"Waktu itu, aku kesel banget. Tapi, males juga mau marah-marah, udah pegel."

ㅡLevian Danu Gunadharma


ㅡLevian Danu Gunadharma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




























Setelah bergelut dengan acara PKKMB Fakultas sepanjang hari, agaknya Kanina boleh menaruh tegangnya sejenak sebelum hari esok datang.

Sudah sore, dan acara baru saja selesai. Gadis ini melangkah lunglai sembari menempelkan ponsel pada rungunya. Mulutnya, tak henti-hentinya mengoceh, "Iya. Aku ngerti kita beda fakultas, beda jurusan, tapi mbok ya kamu ngingetin aku kalo kelengkapannya mesti beda gitu loh, San," keluhnya memaki Sania.

Hal pertama yang didengar Kanina sebagai jawaban adalah suara Sania yang terbahak puas sekali, "Yaelah, Nin! Gue kan udah bilang sama lo."

"Kapan?" Kanina masih menuntut, langkahnya kini terhenti di tengah koridor. Ia menempelkan punggung pada tembok, menunduk selagi tangan kirinya bertumpu pada lututnya.

"Ya kan gue udah bilang, Nina, gue anak keperawatan, beda loh." Kini, Sania mulai mengulang jawaban yang berikan pada Kanina kemarin siang dengan nada yang sama. "Ya lagian lo sih nggak ikut TM, jadi nggak tau info kan. Buru minta join ke grup angkatan sana, biar gak ketinggalan info lagi."

Gadis ini lantas mencebik. Kalau dipikir-pikir, Sania benar juga. Mungkin ia yang kurang tanggap dengan jawaban kawan satu pletonnya kala menjalani PKKMB Universitas itu. Pada akhirnya, Kanina hanya mengembuskan napas panjang. Jengah.

"Ya udah lah. Iki aku cuma kesel banget iki loh, ada KomDis ngeselin banget kayak demit!"

Lagi-lagi, Sania terbahak mendengar ocehan Kanina, "KomDis kayak demit gimana sih, Nin?"

"Ya masa cari gara-gara terus sama aku loh. Ya aku tau aku salah dan emang kudu di hukum. Tapi masa ngeliatin akunya itu loh, San! Kayak minta dicolok banget matanya!"

"Lah? Gimana-gimana, Nin?"

"Aku tau ya, San! Itu KomDis dari awal kayak sentimen banget sama aku. Udah aku coba nyapa dan bilang baik-baik pinjem alamamaternya, eh dianya ketus banget gak ada ramah-ramahnya, sok dingin. Dikira ganteng apa kalo sok dingin gitu!"

"Hah? Ya ngapain lo pinjem alamamaternya?"

Sejenak, Kanina menarik napas panjang, "Aku kan lagi dapet, San. Terus nembus gitu kan, nah rok aku kan putih, terus dipinjemin almamater buat nutupin tembusnya."

Di seberang sana, Sania terkikik geli, "Bukannya so sweet banget ya? Dia pinjemin alamamater biar lo gak malu keliatan nembus."

Kanina lantas jengah sendiri mendengar Sania yang seolah membela Danu, ia sampai sedikit menjambak surainya sendiri yang kini sudah tergerai panjang, "San! Please ya! Sweet apanya? Sok sweet baru betul! Wajah songong, tengil begitu dari mana sweet-nya?" Sungguh, Kanina terlampau menggebu menceritakan kesalnya pada Danu.

Kanina tidak tahu, kalau sedari tadi Danu berdiri dalam radius dua meter di sampingnya. Dan tentunya, mendengar semua ucapannya.

Jangan pikir Danu akan baik-baik saja usai mendengar semua cemooh dari mulut Kanina. Tentu saja tidak!

Laki-laki ini menarik napas dalam-dalam, berharap kesalnya tidak akan meledak saat itu juga. Biar bagaimana pun juga, Kanina perempuan. Bagi seorang Levian Danu Gunadharma, sungguh tidak terhormat kalau harus bertengkar hebat dengan perempuan.

Jadi alih-alih memaki gadis itu, Danu melangkah mendekat. Sungguh, Danu hanya diam. Laki-laki itu melipat kedua tangan di depan dada selagi bersandar pada tembok tepat di hadapan Kanina.

"Kamu gak tau sih, San, itu KomDis tuh, .... " Satu sekon berikutnya, Kanina tercekat. Kerongkongannya mendadak kering. Lidahnya mendadak kelu. Kala itu juga, seluruh isi pikirannya mendadak kosong melihat Danu berdiri di hadapannya. Kanina jadi lupa caranya memaki.

"Itu KomDis kenapa, Nin?" Dari seberang telpon, Kanina masih bisa mendengar Sania menuntut kisahnya diselesaikan. Tapi bagaimana bisa? Kanina saja sudah lupa apa yang hendak dikatakannya.

Di hadapannya, Danu tersenyum miring. "Kenapa gak dilanjutin?"

Sial! Sudah, Kanina ingin hilang saja dari muka bumi!

Gadis ini meringis canggung dengan ponsel yang masih tertempel di rungunya, "Itu KomDis teges banget, San. Manteb banget disiplinnya." Kanina berucap sarkas, terselip nada maaf dan ketakutan dalam suaranya yang setengah bergetar itu.

Selanjutnya, Kanina sungguh tidak bisa mendengar sahutan Sania dari seberang telpon. Sorot tajam Danu sukses mengambil seluruh atensinya hingga kicauan Sania berlalu begitu saja. Kanina bahkan menutup ponselnya tanpa memberi jawab apapun pada Sania.

Gadis itu tertunduk, pundaknya lantas melorot kuyu. Mulutnya meracau tanpa suara, memaki dirinya sendiri selagi Danu masih tak bergeming menatapnya.

Danu lantas menghela panjang, ia menaruh kedua tangan dalam saku celananya. Rasanya, Kanina berhasil membabat habis kesabarannya hanya dalam satu hari.

"Kenapa nggak dilanjutin telponnya?" tukas Danu, dingin.

Kanina menggeleng samar, "Nggak, Kak. Sudah selesai telponnya."

"Yah, padahal gue masih pengen dengerin lo ngata-ngatain gue apa aja."

Kanina lantas meringis canggung. Ia masih tertunduk, tidak berani mendongak barang satu derajat saja. Ia terlalu takut menatap Danu, rasanya seperti diadili, bulu kuduknya meremang, tengkuknya kaku. Astaga, Danu benar-benar terasa seperti lelembut saja.

"Mumpung gue ada di sini loh, Kanina. Ngatain orang di belakangnya itu kan dosa. Jadi, mumpung ada gue, kenapa gak lo lanjutin ngatain depan gue sini. Biar nggak dosa jadinya."

Mendengar ucapan Danu, rasanya Kanina sudah ingin sujud-sujud mohon maaf saja. Tapi, daksanya jadi kaku, ia hanya mampu menggeleng sekali lagi, "Saya mohon maaf, Kak."

Danu mendecih jengah, pandangannya melayang sinis pada gadis itu. Tidak ada sahutan lagi dari Danu kala laki-laki itu beranjak pergi, menyisakan Kanina yang menyesali kebodohannya setengah mati.

Sebelum Danu benar-benar hilang di tikungan koridor, laki-laki ini sekali lagi menoleh menatap Kanina yang sekarang sedang sibuk mengacak surainya sendiri selagi memaki dirinya sendiri tak karuan.

Danu sekali lagi mendecih, seolah mengejek Kanina dengan segala kebodohannya.


TBC.


















ㅡㅡㅡ

Mau tiupin ubun-ubunnya Mas Danu dulu :'v

Mau tiupin ubun-ubunnya Mas Danu dulu :'v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Sampai Jumpa,

Lara.

(in)complete [COMPLETE][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang