"Aku baru paham, mungkin Kenzo bener."
ㅡLevian Danu Gunadharma
"Jadi, pulang juga lo akhirnya?" Malam itu, ditemani dengan kepulan uap kopi Danu hanya menghela panjang atas pertanyaan Kenzo.
Dua hari setelah kepulangan Danu di Ibukota, mereka akhirnya memutuskan untuk bertemu, bercanda, bercakap, bercerita. Perihal perjalanan, pencapaian, pergulatan dengan anak masing-masing, pun juga perihal luka.
"Abis kemana aja sih, Lo? Susah banget dapet kabar soal lo. Terakhir kali, gue pikir udah bahagia," cecar Juned.
Lalu, Danu tertawa hambar. Hambar sekali. Bukannya tidak ingin bercerita, Danu ingin, sangat ingin. Tapi, jiwanya letih sekali kalau harus membeberkan kegagalannya. Bukannya Danu takut dicaci karibnya. Kenzo, Juned, Wawan, pun juga Yudha tidak akan pernah melakukan itu, Danu tahu itu. Hanya saja, sebut saja ini untuk ketenangan batinnya sendiri, untuk tidak lagi mengungkit hal yang begitu disesalinya.
Biarkan anak semata wayangnya saja yang menjadi saksi, atau mungkin juga korban. Atas sikap keras kepalanya, atas egoisnya.
"Ya, anggep aja gue pengen memulai lembaran baru. Cukup gue sama Ela," tekad Danu.
Sadar karibnya itu tak akan memberi jawab, Kenzo hanya tersenyum samar. "Lo keliatan sangat nggak baik-baik aja, Dan. Lo yakin nggak mau sharing beban?"
Sejenak, Danu terdiam. Lalu, netranya mendadak kosong. Sorot sendunya hanya menatap pada kepulan uap kopi yang masih terlihat panas sekali. Laki-laki itu membisu sebelum akhirnya ia mengusap wajahnya kasar dan lantas menegakkan punggungnya.
Air wajahnya kaku sekali, rahangnya beberapa kali terbuka, seolah ingin bersuara, tapi tak begitu tahu harus memulai dari mana.
Hingga pada akhirnya, "Alexa meninggal," singkatnya.
Bohong kalau semua karibnya masih tetap tenang mendengar kabar itu. Empat orang itu serempak terbelalak. Tidak terkecuali Yudha yang seharusnya cukup tahu banyak perihal kabar Danu.
"Bunuh diri, sekitar enam bulan yang lalu."
Serangan lanjutan dari Danu lantas membuat Yudha berucap cepat, "Kenapa?"
Danu hanya menggeleng, ia lalu menarik surainya erat. Mendadak rasanya ada yang berdenyut dalam kepalanya. Dadanya mendadak terasa berat.
"I found her in the bathtub full of blood. She cut off her veins. Right after I gave her our divorce." Danu memberi jeda untuk sekadar menarik napas. Sebisa mungkin, ia memberikan rangkuman, tanpa perlu memutar kembali waktunya. "So, I think it's my fault."
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...