03 ; The Sense of Hate

526 50 65
                                    




"Yang aku rasain waktu itu, pokoknya aku kesel aja kalo liat kamu. Udah."

ㅡLevian Danu Gunadharma


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



























"Apes banget! Apes aku, apes!"

Siang itu, Kanina meracau tidak jelas di toilet. Ia bahkan membenturkan pelan dahinya sendiri pada pintu toilet tepat setelah menutupnya. Demi apapun, rasanya ia tak punya muka kalau harus kembali ke lapangan. Terlebih jika harus bertemu KomDis yang namanya Danu itu.

"Nina goblok banget, sih! Iki piye? Ibu, aku isin!" mulutnya masih meracau.

"Nggak, nggak! Nina bisa! Gak apa-apa, nembus kuwi wajar, namanya juga perempuan, toh?" Menepis semua rasa malu, Kanina mulai mengumpulkan logika-logika manusiawi untuk dirinya sendiri. Hal yang mungkin dapat membantunya sedikit percaya diri, walau pun sesungguhnya tidak sama sekali.

Gadis ini lantas menarik napas dalam-dalam, "Gak apa-apa, gak apa-apa, lumrah, ini lumrah," racaunya lagi.

Kanina lantas bergegas menuntaskan urusannya, memasang pembalut, pun juga mencoba membersihkan bercak merah pada rok putihnya dengan tissue basah. Bukannya hilang, noda merah itu justru makin meluas kemana-mana.

Jengah dengan usahanya yang gagal, Kanina lantas membiarkannya saja. Tidak mungkin kan Kanina mau mencuci roknya di kampus? Nanti Kanina mau pakai rok apa?

Setelahnya, Kanina kembali memakai alamamater milik Danu untuk ia ikatkan pada pinggangnya demi menutup noda merah yang makin meluas di bagian belakang roknya.

"Udah, Dek?" Kanina lantas mengangguk pada seorang gadis yang sedari tadi menunggunya di depan toilet. Namanya, Jessi. Sie kesehatan yang bertugas pada acara PKKMB Fakultas Ekonomi.

"Udah, Kak."

"Ya udah, balik ke lapangan lagi ya?"

"Iya, Kak."

Selanjutnya, Kanina berjalan berdampingan dengan Jessi yang diam saja, hingga tetiba gadis itu bertukas, "Ini tumben banget gue tau Danu care sama orang." Lalu, Jessi mengakhiri ucapannya dengan tawa.

"Maksudnya, Kak?"

"Danu tuh dari tahun ke tahun paling gak suka sama maba yang banyak ngelanggar aturan. Tapi baru kali ini gue liat dia gak tega ngebiarin lo malu banget."

Kanina mengeryit, "Lah emang biasanya Kak Danu setega itu ya, Kak?"

Jessi hanya mengangguk samar, "Selalu ada alasan kenapa dia disebut KomDis Setan." Ucapan Jessi berhenti di sana, entah enggan mengungkit kejadian yang lalu, atau memang tidak begitu penting untuk diceritakan.

(in)complete [COMPLETE][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang