18. Pergi ke Surabaya

200 50 2
                                    

Happy Reading~~

*
*
*
*

Abel tersenyum menatap indahnya langit pada pagi hari ini. Ia menghirup napas dalam-dalam. Lalu mengeluarkannya dengan pelan. Menikmati hari-hari terakhir di tahun ini.

"Udah tanggal 31 aja." Abel terkekeh sendiri. Padahal, baru kemarin ia merayakan tahun baru dengan keluarganya, sekarang sudah ingin berganti lagi tahunnya.

"1 Januari...." Abel menatap tanggal yang berada dikalender ponselnya sambil menyeringai. "Enaknya ngapain ya?"

"Nakut-nakutin pake badut udah. Dikasih ribuan kecoa mainan udah. Terus, sekarang harus kayak gimana?"

Gadis itu mencoba memikirkan sebuah hal yang pasti akan ia lakukan. "Diemin dia seminggu udah. Pura-pura sakit pun udah. Hah... Saking seringnya sampe bingung mau ngelakuin apa lagi."

"Pasti bakal nggak seru kalau nggak ada dramanya. Bikin teriak dulu kan lebih bagus!" ujar Abel semangat.

Ah, selain merayakan tahun baru, ia juga akan merayakan bertambah umurnya seorang Jilan Hanung Adhyaksa. Iya, tanggal 1 Januari nanti. Makanya sekarang Abel sedang berpikir ingin melakukan apa.

"Tapi... Mas Ji bakal percaya nggak ya kalau misalnya Abel kerjain nanti? Entar malah biasa aja lagi reaksinya. Karena udah keseringan juga dikerjain, hahaha."

Abel tertawa mengingat dulu ia pernah mengerjai Jilan dengan menaburkan seribu kecoa di kamar lelaki itu. Kecoa memang menjadi hewan yang sangat dibenci oleh Jilan. Sampai pingsan pemuda itu karena Abel.

Ia juga pernah pura-pura keracunan makanan yang Jilan buat sendiri. Kalian tahu? Dokternya pun diajak kerja sama oleh Abel, supaya nanti bilang kalau ia sudah tidak dapat tertolong lagi. Itu sangat membuat Jilan frustasi.

Kejam? Memang. Abel mengakui kalau beberapa kerjaannya terlalu berbahaya. Tapi, itu sangat mengasyikkan. Toh, Jilan juga ikut bahagia pada akhirnya.

"Tahun aja bertambah. Masa perasaannya Mas Ji gak ada perkembangan?"

<><><>

"Kak Abel."

"Hai, Li!" Abel menyapa balik Lia yang datang ke rumahnya.

"Kak Abel mau ngapain nanti malam?"

Abel menaikkan alisnya bingung. "Kakak juga nggak tau. Paling bakar-bakar doang sama tetangga kayak biasanya," jawabnya jujur. Di komplek mereka memang biasa melakukan hal itu kalau tahun baruan.

"Iya sih. Hah... Pengennya jalan gitu. Tapi, duit pun nggak ada," adu Lia lemas.

"Bener!" Abel setuju dengan apa yang anak itu katakan. Setiap tahun baru, ia pasti akan di rumah saja.

Walaupun di luar rumahnya akan ramai. Tapi, ia tidak berniat untuk ikut. Malas saja rasanya. Ditambah dengan hari Seninnya sudah masuk sekolah. Lanjutkan tidur mu anak muda!

"Eh, Kak Abel udah punya ide buat kasih kejutan?"

Abel menggelengkan kepalanya. Dari tadi pagi ia berpikir, belum juga mendapat ide. Entah kenapa, semuanya tampak biasa saja hari ini.

MAS JI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang