Happy Reading~~
*
*
*
*Abel sedang bersiap-siap untuk pergi sekolah sembari disuapin makan oleh sang Mami. Gadis ini kalau dengan Mami-nya memang sering bersikap bak anak balita.
"Kamu tuh, udah kelas 12 SMA masih aja minta disuapin," celetuk Winda sambil terkekeh kecil.
"Ini, kan, sekali doang, Mi."
"Eh, iya, kemarin Mami denger dari Jilan kamu lagi deket sama cowok?" tanya Winda yang membuat Abel kebingungan.
Abel yang sedang mengunyah makanan seketika berhenti. "Hah? Cowok?" beonya yang belum konek dengan maksud sang Mami.
"Kata Jilan, kemarin dia liat kamu lagi ngobrol berdua sama cowok di teras. Katanya juga cowok itu tetangga baru kita."
Tidak ada cowok lain yang mengobrolnya di teras, kecuali.... Anjello! Iya, hanya orang itu saja yang berhasil menduduki teras rumahnya. Dan... Jilan yang meng-adukan itu ke Mami-nya?!
"I-itu beneran Mas Ji yang cerita ke Mami?" tanya Abel masih tidak percaya. Apakah ini akan menjadi masalah baru untuknya?
"Iya, beneran. Kemarin malam tuh Jilan dateng ke rumah, niatnya mau main sama kamu. Eh, tapi kamunya udah tidur. Yaudah akhirnya Mami ajak cerita aja. Terus dia ceritain hal itu deh."
Mendengar penjelasan itu, Abel lantas menepuk dahinya sendiri. Bagaimana bisa ia tidak melihat Jilan ada di sana saat itu. Berarti, cowok itu juga melihat waktu Anjello membersihkan kotoran yang ada didahinya?!
Aduh! Ada-ada aja sih jadi orang.
Abel takut kalau Jilan akan marah lagi seperti saat dulu Jaka datang ke rumahnya. Segala hal terasa rumit sekarang. Tidak ada orang yang bisa ia salahkan.
"Bel, ada Jilan tuh di bawah. Katanya dia mau nganterin kamu sekolah," celetuk sang Ayah dari balik pintu.
Abel memejamkan matanya. Diotaknya sekarang sudah penuh dengan berbagai reaksi yang akan Jilan tunjukkan ketika bertemu dengannya nanti. Ia tidak tahu mana reaksi yang sebenarnya.
"Abel, ayo turun. Kasian Jilan jadi lama nungguin kamu."
Abel menatap Ayah-nya dengan tidak tenang. Sayang saja Aghis tidak mengerti itu. Ia berulang kali menghembuskan napasnya. Berusaha agar tetap tenang.
"Kamu selesaiin dulu aja siap-siapnya. Cek tuh takut ada yang ketinggalan. Mami ke bawah duluan ya," ucap Winda yang agaknya paham kalau sang anak butuh ketenangan terlebih dahulu.
Abel mengangguk pelan. Sepeninggal kedua orangtuanya, Abel hanya bisa terdiam dibangku riasnya.
"Kacau. Kalau Mas Ji marah lagi gimana? Apa coba alesan yang bisa Abel kasih," katanya khawatir.
Mengingat Jilan pernah mendiamkannya selama dua hari, membuat hati Abel tak tenang. Takut-takut kalau akan terjadi hal itu lagi.
"Eh, tapi, kan, Mas Ji bukan siapa-siapa Abel. Apa coba haknya dia marah kalau Abel deket sama cowok lain?"
Waktu mengucapkan itu, agak sesak sih. Padahal sudah sadar, tapi tak mau menghindar juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS JI
Hayran Kurgu"Mas Ji, tungguin Abel, ih!" "Mas, awas---" 𝘽𝙧𝙖𝙠! "Tuh kan ketabrak pohon." *** Abelva Maharaja sangat menyukai dan mencintai Jilan Hanung Adhyaksa---seorang tetangga yang berasal dari Surabaya. Saat pertama kali melihat Jilan, Abel langsung te...