16. Abel Ngambek, Jilan Gedek

186 51 9
                                    

Happy Reading~~

*
*
*
*

"Bang Ji."

"Hm?"

"Lupain dia."

Jilan menatap adiknya itu dengan bingung. "Hah? Lupain siapa?" Ia tak paham dengan maksud Lia.

"Lupain semua kisah yang pernah terjadi dihidup abang sama dia."

Ah, sekarang Jilan sudah bisa mengambil kesimpulan siapa orang yang Lia maksud. Ia menyeringai kecil mendengar omongan adiknya itu.

"Gak bisa."

"Harus bisa!"

"Emang kenapa sih, Li?"

"Bang, mikirin perasaan Kak Abel dong. Coba abang pikirin gimana kecewanya Kak Abel kalau abang masih belum bisa move on sama orang itu," ucap Lia. Obrolannya dengan Abel dua hari yang lalu masih terngiang-ngiang diotaknya.

"Lia, urusannya sama Abel apa?"

"Ish, abang kan lagi deket sama Kak Abel. Jangan sia-siain orang sebaik Kak Abel, Bang."

Jilan mengubah posisi duduknya jadi menghadap Lia. "Jangan bawa-bawa Abel ke masalah ini."

"Bang, sadar kenapa sih. Abang nggak kasian liat Kak Abel ngejar-ngejar abang terus? Kalau misalnya Kak Abel tau masalah ini, mikirin perasaan dia gak?" Sejujurnya, Lia sangat sebal dengan tingkah abangnya yang suka seenaknya sama Abel.

"Yang mau ngejar abang, kan, dia sendiri. Abang nggak nyuruh dia juga," sahut Jilan yang tambah menyulut emosi Lia.

"Astaghfirullah...." Sifat gengsi dan keras kepalanya Jilan memang hal yang paling Lia tidak suka.

"Lia, dengerin ya. Abang nggak akan pernah bisa lupain segala hal di masa lalu. Kalau misalnya Abel beneran suka sama abang, seharusnya dia bisa nerima masa lalu abang," tutur Jilan yang masih merasa ini semua tak perlu diperbesar.

"Tapi, abang suka nggak sama Kak Abel?" tanya Lia yang sangat ingin tahu. Abangnya ini bahkan tidak pernah cerita jika sedang jatuh cinta dengan siapapun.

"Nggak."

Cetak!

Saking kesalnya, Lia sampai berani menyentil kening Jilan. "Kak Abel kenapa bisa-bisanya suka sama abang sih?! Orang gila!" protes Lia. Kalau boleh ia akan menyeburkan Jilan ke kolam renang.

"Abang itu ganteng. Wajar banyak yang suka."

"Tampol nggak ya, tampol nggak ya?!" batin Lia seraya mengepalkan kedua tangannya.

<><><>

"Bel." Jilan berusaha mengejar Abel yang malah kabur darinya. "Abel, jangan kabur-kaburan dong."

"Apa sih, Mas?"

Melihat wajah Abel yang kelihatan kesal, Jilan tersenyum-senyum sendiri. "Ya kamu kenapa malah kabur pas liat saya?" tanya Jilan sembari menyuruh Abel agar mau duduk dibangku taman.

MAS JI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang