Happy Reading~~
*
*
*
*"Loh, masnya lagi. Mau jemput, ya, Mas?"
"Eh, iya, Pak. Belum pada pulang, kan?"
"Lima belas menit lagi belnya juga bunyi, Mas. Sabar, ya."
Pemuda itu mengangguk. Ia tidak menunggu di pos satpam seperti hari itu. Kali ini ia hanya menunggu di depan gerbang sembari duduk di atas motor.
Ia berharap benar-benar bisa mengantarkan gadis itu pulang sampai rumah tanpa harus mengulang kejadian yang telah lalu. Dan bisa memperbaiki sedikit demi sedikit.
"Mau ngopi, Mas?"
"Nggak, Pak, makasih. Saya bawa minum kok," tolak Jilan pelan sembari menunjuk botol minumnya.
Omong-omong soal botol minum itu, Jilan ingat botol ini diberikan oleh gadis itu ketika tahu bahwa ia jarang minum air putih. Ia lupa pada bulan apa botol minum ini diberikan. Tapi seingatnya, gadis itu rela menggoes sepedanya setelah pulang sekolah ke kampusnya hanya untuk mengantarkan bekal dan botol minum tersebut kepadanya.
Ah, Jilan tidak mungkin bisa melupakan hal tersebut. Itu sangat berarti untuknya. Ia berharap dapat mengulang kembali.
Ting!
Ting!
Ting!
Jilan mendengar ponselnya mengeluarkan suara notifikasi, tanda ada pesan masuk. Ia buru-buru melihatnya.
"Mommy? Tumben nge-chat." Jarang sekali bagi sang mommy untuk mengirimkan pesan pada anaknya sendiri. Katanya, 'kita kan satu rumah. Buat apa mommy chat-chat kalian.' tapi lihatlah sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS JI
Fiksi Penggemar"Mas Ji, tungguin Abel, ih!" "Mas, awas---" 𝘽𝙧𝙖𝙠! "Tuh kan ketabrak pohon." *** Abelva Maharaja sangat menyukai dan mencintai Jilan Hanung Adhyaksa---seorang tetangga yang berasal dari Surabaya. Saat pertama kali melihat Jilan, Abel langsung te...