Happy Reading~~
*
*
*
*
Abel menggerakkan kakinya ke kanan dan kiri. Mengikuti irama musik yang mengalun indah di kamarnya.Karena sekarang adalah malam minggu dan Abel tidak ke mana-mana, jadi ia hanya bermain ponsel di kamar. Walaupun banyak sekali teman-temannya yang mengajak untuk keluar malam ini. Namun, rasanya ia sangat malas.
Lagipula sang ayah memberi peringatan kepadanya untuk tidak keluar rumah lewat dari jam delapan malam. Tentu saja ia menuruti. Ia tidak ingin menjadi anak durhaka.
"Iri banget sebenernya ngeliat temen-temen jalan sama pacarnya. Apalah makhluk jomlo ini yang selalu habisin waktunya di kamar," celetuk Abel ketika melihat story-story yang temannya buat.
Abel tambah tersenyum miris saat semakin melihat segala postingan di laman Instagram nya. Bahkan Siska dan Clara pun ikut memamerkan pasangan mereka.
"Nyebelinnn! Pada pamer di Instagram, pas putus langsung deh dihapus semuanya!" sebal Abel yang langsung membuang ponselnya ke sembarang arah.
Ia menenggelamkan kepalanya ke bantal. Lalu menggebuk-gebuk kasur yang tak bersalah itu. Menyalurkan rasa kesalnya sedari tadi. Tak lupa juga dengan teriakan yang membahana.
"Ck, janji nggak iri?!"
Abel bangun dari tengkurepnya. Menarik napas panjang, lalu membuangnya dengan kasar. "Kenapa, sih, malam ini nggak hujan aja?! Kenapa harus cerah gini?!"
"Kan, jadinya mereka semua pada malam mingguan. Padahal juga ujung-ujungnya cuma makan cilok," kata Abel sembari berkacak pinggang.
"Tapi, kan, makan cilok doang kalau sama yang disayang pasti seru banget." Abel semakin merasa sedih karena hal itu. Ia benar-benar merasa bosan hanya di rumah saja, sendirian lagi.
"HUAAAAAA—"
TAK!
Teriakan Abel harus terpotong sebab lampu yang mati begitu saja. Ia tak lagi dapat melihat apapun. Semuanya sangat gelap.
"Ishhhh! Pake mati lampu segala lagi! Miris, mirisss," gerutu Abel seraya mencari-cari ponselnya yang ia lempar tadi.
Sayangnya Abel tidak dapat merasakan keberadaan ponselnya saat ini. Ia juga tidak tahu dilempar ke mana tadi. Saking kesalnya, Abel sampai menjambak rambutnya sendiri.
"Woy lah! Ke mana, sih, handphone Abel?!"
Perasaan Abel melemparkan ponsel itu dikasur. Kenapa belum bertemu juga padahal ia sudah memutar tubuhnya ke sana, ke mari.
Goyang dombreeeet, goyang dombret!
Ah, Abel dapat mendengar suara telepon yang masuk dari ponselnya. Dengan jurus asal-asalan, akhirnya ia dapat memegang kembali benda persegi panjang itu. Setelahnya ia melihat siapa yang menelepon malam-malam begini.
"Mas Ji?"
Abel menggerakkan tombol hijau itu ke atas. Lalu panggilannya tersambung kepada Jilan yang ada di seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS JI
Fanfic"Mas Ji, tungguin Abel, ih!" "Mas, awas---" 𝘽𝙧𝙖𝙠! "Tuh kan ketabrak pohon." *** Abelva Maharaja sangat menyukai dan mencintai Jilan Hanung Adhyaksa---seorang tetangga yang berasal dari Surabaya. Saat pertama kali melihat Jilan, Abel langsung te...