29. Kebimbangan

228 53 4
                                    

Happy Reading~~

*
*
*
*

"Jilan!"

Orang yang sedang rebahan disofa sembari bermain ponsel lantas terkejut karena panggilan itu. Masalahnya itu suara sang Mommy. Ia terkejut sebab Mommy-nya berteriak.

"Kenapa, Mom?" tanya Jilan seraya berdiri dari duduknya setelah melihat wajah penuh amarah dari sang Mommy.

"Kenapa kamu masih simpen foto ini?!"

Jilan melihat foto Ilona yang ada ditangan Mommy-nya. Baru juga kemarin ia bahas ini dengan Lia, mengapa sekarang sudah ketahuan saja.

"M-Mommy...."

"Perlu Mommy bilang berapa kali, sih, Ji! Buang semua foto atau apapun itu yang berhubungan dengan Ilona!"

Air muka Jilan langsung berubah. Hal yang selama ini selalu ia sembunyikan, akhirnya dapat diketahui oleh semua orang. Sang Mommy memang tidak pernah suka jika ia menyimpan segala hal yang berhubungan dengan Ilona.

"Mommy... dapet dari mana?" tanya Jilan pelan.

"Di atas meja kamu. Oh, Mommy juga nemuin kotak itu!"

Jilan membuang napasnya kasar. Ia menundukkan kepalanya. Mommy yang selama ini jarang marah-marah, lalu sekarang sangat amat marah.

"Kamu kenapa kepala batu banget sih! Kamu rela bohong sama Mommy dan Daddy cuma gara-gara cewek itu!" seru Jessica sembari melempar foto yang ada ditangannya ke arah sang anak.

"Mom, nggak—"

"Jilan, kamu hampir depresi karena terus mikirin dia! Kamu lupa gimana kerasnya dia ngekang kamu? Kamu harus gini lah, kamu harus gitu lah. Sadar dong, Ji!"

Jilan tak mampu membantah. Apa yang Mommy-nya bilang memang betul. Tapi, ada setengah hatinya yang masih tidak terima. Mau bagaimanapun, Ilona adalah cinta pertama untuknya.

"Ji, kamu tuh kenapa pinternya dipelajaran aja sih?! Masalah cinta bodohnya nggak ketolong!" geram Jessica yang sudah memegangi keningnya.

"Mom, aku juga lagi berusaha lupain Ilona. Tujuh tahun pacaran sama Ilona nggak mudah buat aku lupain gitu aja," kata pemuda itu membela diri.

"Lagian kamu, kan, waktu itu masih SD, Jilan! Mommy ngelarang kamu pacaran lho. Tapi, kamu nggak pernah nurut! Kamu lebih dengerin Ilona daripada Mommy kamu sendiri."

Huh, Jilan sangat sadar atas kesalahannya di masa lalu. Ia yang lebih membela Ilona daripada harus menuruti ucapan kedua orang tuanya. Hanya atas dasar rasa sayang kepada seorang perempuan, ia harus rela terus berbohong kepada keluarganya.

"Mommy tuh kecewa banget, Ji. Mommy kira dengan hadirnya Abel, kamu bisa berubah. Tapi, ternyata sama aja," lirih Jessica yang langsung terduduk dibangku.

"Mommy nggak tau lagi harus apa supaya kamu sadar. Mommy nggak pernah benci sama Ilona, Ji."

Jilan menatap sang Mommy yang sudah menangis. Kenapa ia jahat sekali! Melihat Mommy-nya menangis, hati Jilan pun ikut tersayat. Ia memang bodoh!

MAS JI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang