8. Kebahagiaan Setelah Sakit

281 70 53
                                    

Happy Reading~~

*
*
*
*


"Mas, Abel mau tanya deh."

"Apa tuch?"

"Kenapa Mas Ji kalau sama Abel pake saya-kamu, tapi kalau sama temen Mas Ji tetep pake gue-lo?" tanya Abel yang memang suka kaget kalau Jilan menggunakan gue-lo kepada teman-temannya.

"Gimana, ya, kalau sama temen-temen kan kita hampir atau seumuran. Nah, kalau sama kamu kan kita beda umurnya. Beda lima tahun lho, Bel," jawab Jilan jujur. Umur mereka memang terpaut lima tahun. Abel berumur 17 dan Jilan yang berumur 22 tahun.

"Iya, sih, tapi kan bisa gitu aku-kamu aja. Berasa sama guru kalau pake saya-kamu," bantah Abel lagi, membuat Jilan tertawa.

"Pertama kali kita ketemu, saya juga pake saya-kamu. Jadi, ya, udah terbiasa aja gitu," kata Jilan yang akhirnya disetujui oleh Abel.

Sekarang ia sedang menemani Abel di taman. Karena masih pagi, jadi Jilan ingin gadis itu berjemur. Biar tambah sehat juga.

"Panas, ya?" tanya Jilan saat ia melihat keringat menetes dikening Abel.

"Banget. Tapi enak, sih. Abel jadi tambah cantik, kan, Mas?" Abel berpose seperti model, sambil menggerakkan handphonenya agar dapat berfoto.

"Biasa aja."

Abel diam saja karena ia juga tahu apa yang akan Jilan katakan jika ia memuji dirinya sendiri. "Foto sini, Mas." Abel menggenggam tangan Jilan, lalu memfoto tangannya dan tangan Jilan. "Ihh, bagus! Entar Abel post, ah.

Jilan hanya pasrah saja, asalkan Abel bahagia, dia pun begitu. "Kamu mau makan apa, Bel?" tanya Jilan sambil melihat-lihat pedagang yang ada disekitarnya.

"Siomay dong, Mas."

"Yaudah kamu tunggu sini, jangan ke mana-mana."

Jilan berdiri lalu pergi meninggalkan Abel menuju pedagang siomay yang ada tak jauh darinya. Ia memesan dua piring serta dua air putih. Tadinya mau beli es teh, tapi mengingat Abel sedang sakit, jadi ia tak akan membelikan itu.

Walaupun sedang berjauhan dari Abel beberapa meter saja, Jilan masih senantiasa memperhatikan gadis cantik yang sedang sibuk memotret dirinya sendiri, seperti tadi. Jilan tersenyum dan sesekali tertawa saat ia melihat pose-pose aneh yang Abel lakukan.

Anak itu memang tidak pernah tidak bisa bersikap aneh, walau sedang sakit sekalipun. Tapi, Jilan suka. Daripada dia harus melihat Abel menjadi pendiam. Percayalah, itu lebih mengerikan.

"Mas, nih, siomay-nya."

"Eh, iya, ini uangnya. Makasih, ya, Pak." Jilan membawa dua piring siomay ditangannya, dan dua botol air putih disaku celananya. Kebetulan, Jilan sedang memakai celana olahraga.

"Abeeeel, nih punya kamu!" Jilan memberi piringnya ke Abel. Mereka duduk lesehan di atas rumput.

"Widih, enak banget nih pasti!" ucap Abel yang sehabis itu berdoa, dan langsung memakan siomay miliknya. Begitupun juga dengan Jilan.

Abel ataupun Jilan saling diam, menikmati makanannya. Suasana pagi hari ini memang sangat enak. Mumpung sekarang hari Sabtu, Jilan dan Abel juga libur, jadilah mereka menikmati libur kali ini untuk berjemur di taman.

Sebenarnya, sih, ini atas suruhan Jilan. Abel sendiri lebih memilih melanjutkan tidurnya, tapi Jilan malah mengganggu dan menyuruh ia untuk segera bersiap-siap.

"Mas."

"Hm?"

"Masss."

"Hemmm?"

MAS JI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang