19. 1, 2, 3 Surprise!

166 49 12
                                    

Happy Reading

*
*
*
*

"Akhh.... Akhirnya sampe juga!" teriak Abel setelah ia turun dari mobil yang mengantarnya ke rumah Jilan di Surabaya.

Jilan mengacak-acak rambut Abel gemas. "Yuk, masuk. Kita istirahat sebentar," ajaknya sembari menggandeng gadis itu.

"Sepi banget, Mas." Abel memperhatikan sekitarnya. Sangat kosong. Tapi, kenapa rumah ini tetap terlihat bersih.

"Iya. Tadi Bibi yang biasa jaga rumah ini udah pulang."

"Berarti... Kita berdua doang di sini?" tanya Abel pelan.

"Iya."

Matanya seketika melotot. Ia berdua saja bersama Jilan di rumah ini? Sungguh?! Beneran tidak ada orang lagi kah?

"Kenapa kaget gitu?"

"Y-ya... Kita cuma berdua doang, Mas," beo Abel agak sedikit menjauh dari Jilan.

"Terus kenapa?"

Hei, bagaimana Jilan bisa biasa saja? Sesering-seringnya mereka bersama, mereka tidak pernah tinggal berdua saja didalam rumah. Apalagi ini bukan di Jakarta. Tidak ada tetangga yang Abel kenali. Bagaimana jika—

"Kamu nggak usah mikir aneh-aneh. Besok Bibi juga dateng lagi. Saya nggak bakal ngapa-ngapain kamu," kata Jilan santai. Ia mendudukkan dirinya disofa yang sangat ia rindukan.

"Semua cowok juga ngomong gitu. Tapi, apa? Akhirnya bablas juga!" bantah Abel yang ikut duduk juga. Namun, pasti agak jauhan dari lelaki itu.

"Saya bukan mereka. Saya juga gak tertarik sama kamu."

Deg!

Tidak tertarik katanya? Kurang cantik apa Abel sekarang memang? Ia langsung menatap Jilan tajam.

"Kenapa? Marah? Seharusnya kamu seneng lha. Kalau saya tertarik sama tubuh kamu, besok orangtua kamu langsung dapet cucu," seru Jilan. Ia mulai bangkit dari duduknya, dan menaruh tas ke kamar.

Tenggorokan Abel terasa kering. Ia jadi tidak bisa membalas perkataan pedas dari cowok itu. Ya, walaupun apa yang Jilan katakan ada benarnya. Namun, ia merasa tersentil.

"Jangan bengong. Gih, masuk ke kamar."

"Di mana kamarnya?" tanya Abel. Tidak mungkin kan ia satu kamar dengan Jilan.

"Di kamar saya juga boleh."

Tubuh Abel seketika merinding dibuatnya. "Ck, serius ihh!"

"Hahaha! Tuh, di sebelah kamar saya. Itu kamarnya Lia," jawab Jilan sambil mengarahkan Abel ke kamar adiknya.

Abel mengangguk. Kemudian ia membawa kopernya dan langsung masuk ke kamar yang sudah disiapkan.

Ia membuka pintu berwarna biru muda itu. Kamarnya terlihat rapi. Ditambah dengan cat berwarna biru yang menghiasi. Lia memang penyuka warna itu. Sama sepertinya.

Ditambah, dengan banyaknya boneka Ice Bear yang tersusun dilemari. Adik dari Jilan itu memang memiliki banyak kesukaan yang sama dengan Abel.

MAS JI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang