Happy Reading~~
*
*
*
*Mentari mulai tak lagi menampakkan sinarnya. Sang bulan siap menjalankan tugasnya sebaik mungkin.
Hal ini dapat membuat seorang pemuda yang sedang asik dengan laptopnya tersadar. Ia menengok ke arah jam yang terdapat di laptop. Menunjukkan pukul setengah enam. Ia cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya dan menutup laptopnya.
Ia harus pergi ke kamar tamu. Tempat di mana seorang gadis cantik sedang beristirahat. Jilan tidak tahu apa gadis itu sudah bangun atau belum. Sebab dari siang tadi ia disibukkan dengan tugas-tugas kuliah.
Sebelum benar-benar pergi dari kamar, Jilan terlebih dahulu menyalakan lampu dan menutup jendelanya. Ah, ia sudah terbiasa dengan suasana yang temaram. Itu lebih bisa membuatnya fokus dan tenang.
"Ji! Ji! Jilan!"
Jilan menatap pintu kamarnya yang masih tertutup dengan bingung. Itu suara mommynya. Ada masalah apa hingga namanya dipanggil berulang kali dengan nada yang terdengar khawatir.
Dengan langkah cepat ia membuka kunci pintu kamarnya. Lantas berhadapan dengan sang mommy yang menunjukkan ekspresi janggal.
"Kenapa, Mom?"
"Abel di kamar kamu?"
Kening Jilan mengerut. "Nggak, kok. Kan, dari tadi aku cuma sendiri."
Deru napas kasar keluar dari wanita paruh baya itu. Jilan semakin panik, apalagi ini berhubungan dengan Abel.
"Emang Abel ke mana? Bukannya dia di kamar terus?"
"Astaga, Ji, kamu nggak bohong, kan? Abel beneran nggak ada di kamar kamu?"
"Buat apa Jilan bohong? Abel tidur di kamar bawah. Kalau Jilan bawa dia, mommy pasti tau, lah," jawab Jilan kembali menjelaskan.
"Nggak mungkin, Ji, nggak mungkin." Jessica bertambah tak tenang. Ia menatap sang anak dengan tatapan yang sangat khawatir.
"Apanya yang nggak mungkin? Mom, bilang ke Jilan sekarang, Abel kenapa?" tanya Jilan dengan cepat. Ia terus menanyakan hal yang sama, sebab sang mommy hanya diam saja.
"Abel kabur, Jilan!"
Mata Jilan melotot lebar. Kepalanya menggeleng-geleng. "Jangan bercanda, Mom."
"Tadi mommy masuk ke dalam kamarnya buat bangunin dia. Tapi waktu mommy buka pintu, mommy sama sekali nggak liat Abel. Mommy kira di kamar mandi, ternyata tetep nggak ada."
"Mommy tanya ke Lia, dia juga nggak tau. Mommy terus cari-cari ke seluruh penjuru rumah, tetep nggak ada, Jilan!"
Tanpa banyak berkata, Jilan langsung menuruni anak tangga dengan cepat. Ia bahkan melewati adiknya yang juga bertanya tentang keberadaan Abel.
Ia akan mengecek ke dalam rumah Abel. Mungkin saja gadis itu memang memilih untuk pulang saja. Dan mungkin saat keluar kamar, Abel tak melihat orang-orang. Makanya langsung pulang begitu saja.
Pagarnya tak terkunci rapat seperti biasa. Walau perasaan takut mulai mengerubunginya saat tak melihat sandal gadis itu di depan teras—yang mana memang terdapat rak alas kaki. Namun, ia mencoba menghalaunya. Mungkin saja sandalnya masih di rumahnya, Abel biasa melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS JI
Fanfiction"Mas Ji, tungguin Abel, ih!" "Mas, awas---" 𝘽𝙧𝙖𝙠! "Tuh kan ketabrak pohon." *** Abelva Maharaja sangat menyukai dan mencintai Jilan Hanung Adhyaksa---seorang tetangga yang berasal dari Surabaya. Saat pertama kali melihat Jilan, Abel langsung te...