24. Tiga Orang menyebalkan

139 41 2
                                    

Happy Reading~~

*
*
*
*

"Nih, Bel."

Abel mengambil pulpennya yang dipinjam Anjello selama pembelajaran tadi. "Lain kali bawa alat tulis sendiri," ucapnya seraya memasukkan semua buku dan alat tulis ke dalam tas.

"Iya. Tadi ketinggalan aja tempat pensil gue dimeja belajar."

"Kamu punya tempat pensil?" Abel bertanya. Baru kali ini ia mendengar seorang murid laki-laki mempunyai tempat pensil.

"Punyalah. Kalau alat tulis nggak gue masukin tempat pensil, bisa-bisa hilang semua," jawab Anjello dengan jujur. Ia memang agak pelupa anaknya.

"Kenapa? Jarang ngeliat anak cowok punya tempat pensil?" Anjello terkekeh ketika tahu kebingungan Abel. Ia paham sekali kalau teman-temannya di kelas ini lebih biasa langsung memasukkan saja pulpen atau pensilnya ke dalam tas.

Abel mengangguk pelan. "Anak-anak di sini lebih sering ambil pulpen orang kalau misalnya pulpen dia hilang," balas Abel yang lantas membuat Anjello tertawa.

"Hahaha! Gue paham banget sih."

Abel kesal sekali dengan hal itu. Banyak pulpennya yang lenyap dalam sekejap. Bahkan ia pernah menaruh pulpen itu dimeja, lalu ia keluar sebentar untuk cuci tangan. Tidak sampai 5 Abel keluar, tiba-tiba saja sudah tidak ada pulpennya lagi dimeja.

Abel sudah berusaha mencari pulpen itu, dan sampai sekarang tidak pernah ketemu lagi. Padahal pulpen itu masih penuh isinya. Huh, kesal sekali!

"Abel, yuk, pulang!" ajak Clara sembari menjulurkan tangannya.

"Ayo!" Abel sudah membalas juluran tangan Clara, tetapi ia tidak bisa keluar karena ada Anjello. Ia memang di pojok.

"Anjello, misi dong."

Pemuda itu menggeleng. Itu membuat Abel bertanya-tanya. Mau apa lagi orang ini?

"Lo pulang sama gue ya?" tawar Anjello.

"Nggak mau. Aku bareng Clara."

Anjello langsung cemberut. "Lo kenapa nolak mulu sih? Kemarin lo udah nolak ajakan gue buat berangkat bareng. Sekarang nolak ajakan gue buat pulang bareng," katanya panjang kali lebar.

"Ya karena aku nggak mau ketemu kamu lagi. Udah cukup di sekolah aja," jelas Abel tanpa takut kalau itu menyakiti perasaan Anjello.

"Lo benci gue?"

Abel menggelengkan kepalanya. "Nggak. Cuma kesel aja kalau kamu gangguin terus," tegasnya. Toh, apa yang ia katakan memang sebuah kejujuran.

"Gue cuma ngajak lo ngobrol doang. Ya lo tau, kan, gue baru pindah. Emang masalah?"

Abel menghembuskan napasnya. "Kamu terlalu bawel masalahnya. Itu bikin aku suka gak fokus kalau lagi belajar. Apalagi kamu lebih suka ngomongin hal random."

Itu lah yang memang Abel kesal kan. Ia tidak suka kalau lagi belajar, malah diganggu.

"Terus lo maunya gue jadi cowok dingin gitu? Yang diem doang kayak tai."

MAS JI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang