63. Obrolan Adik dan Kakak

78 18 1
                                    

Happy Reading~~

*
*
*
*

"Kak Cioooo!" Abel berlari dari kamarnya untuk menghampiri Cio yang masih berada di sofa. "Aku udah bersih, udah wangi," katanya setelah berada di depan Cio.

Cio yang melihat itu lantas tertawa. Semangat sekali. Kemudian ia menepuk tempat kosong di sebelahnya yang sempat diduduki Abel tadi.

Abel duduk dengan perasaan yang deg-degan, tapi juga bahagia. Pancaran matanya sangat semangat menanti cowok di depannya berbicara panjang.

"Kenapa tatap aku gitu?" kata Cio tersenyum jahil. "Nanti Jilan cemburu kalau tau kamu tatap aku sedalam itu."

Abel berkedip-kedip. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Namun, pendengarannya menangkap suara tawa dari orang di sebelahnya.

"Lucu banget, sih, tetangganya Jilan," ucap Cio seraya mengusap kepala Abel. "Jadi, tetangganya Jilan ini mau dengar cerita yang gimana?"

"Kak, harus banget sebut aku tetangganya Jilan?"

"Terus apa? Calon istrinya Jilan?"

Seketika telinga Abel memerah saat mendengarnya. Kemudian ia sadar kembali dan lantas cemberut. "Kak Cio mah ngeledek terus."

Cio tertawa senang karena telah membuat Abel salah tingkah. "Bercanda-bercanda." Cio merilekskan dulu tubuhnya, baru kembali bertanya, "Jadi mau bahas yang mana dulu?"

"Tentang Mas Ji pokoknya."

Cio mengangguk sebentar. Kemudian ia kembali menatap arah depan. "Coba tebak berapa lama sebenarnya kamu bisa buat Jilan jatuh cinta lagi?"

"Yaa, setelah empat tahun aku kejar Mas Ji."

Cio terkekeh kecil. "Salah. Dia bahkan udah suka sama kamu setelah satu tahun kamu deketin dia," katanya yang langsung dihadiahi tatapan tak percaya.

"Bercanda banget. Orang disaat itu aja Mas Ji masih dingin sama aku. Ngomong sama aku aja cuma beberapa kata."

"Gengsi Jilan, tuh, setinggi gunung Everest. Apalagi Jilan belum sepenuhnya bisa lupain Ilona," ucap Cio sembari mengingat-ingat ulang.

"Dari awal Jilan ketemu kamu, dia selalu ceritain semuanya ke aku. Ya emang awalnya dia bilang kalau dia risi kamu deketin gitu. Dia nggak nyaman dan rasanya mau jauh-jauh aja."

"Tapi kata dia waktu itu, semakin lama kenal kamu, dia kayak sadar aja kamu sebenernya orang yang menarik, lucu, seru banget lah katanya."

Abel tak bisa menahan senyumnya ketika Cio berkata seperti itu. Ia tidak salah sudah bersikap pede karena selalu mengatakan dirinya lucu kepada Jilan, nyatanya lelaki itu juga memiliki anggapan sama. 

"Dia masih denial, Bel. Makanya dia bersikap cuek, dingin, nggak peduli sama kamu. Padahal mah kalau lagi salah tingkah aja langsung telepon aku."

"Oh, ya? Gimana emang salah tingkahnya Mas Ji?"

Cio lantas merubah cara duduknya, dan membuat tangan kanannya seperti telepon. "Ini pas kamu bikinin sarapan buat dia, terus kamu lihatin dia lama gitu," katanya sebelum memeragakan. "Cio, lo tau nggak, Abel bikinin gue nasi goreng! Terus pas dia ngasih tadi ngeliatin gue lama banget. Gila, senyumnya manis juga dilihat-lihat."

MAS JI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang