39. Bertambahnya Umur

179 33 3
                                    

Happy Reading~~

*
*
*
*

Masih di malam itu. Masih dengan Abel dan Jilan yang sedang saling bercerita di iringi suara tawa yang menguar begitu saja. Berisiknya deru pengendara lain tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk saling bercanda atau menjahili satu sama lain.

Tidak heran jika kelakuan mereka itu disaksikan dan membuat iri bagi para orang-orang yang melewati mereka.

"Bel, kamu kenal nggak sama tukang pempek itu?" tanya Jilan sembari menunjuk salah satu pedagang pempek yang ramai pembeli.

"Nggak. Mas Ji kenal?"

"Yeee, kalau saya kenal, saya nggak bakal tanya kamu."

Abel lantas memukul punggung Jilan. Ia kira lelaki ini ingin mengenalkannya kepada pedagang itu. Kali saja karena kenal dengan Jilan, pempeknya bisa gratis.

"Bapaknya tadi ganteng, Bel. Kamu nggak mau deketin?"

"Abel lagi deketin tukang cilok yang biasa lewat itu loh, Mas. Lebih gantengan dia, ah," kata Abel tersenyum girang.

"Ohh itu! Iya, sih, diliat-liat ganteng juga. Bagus juga pilihan kamu."

"Yoii! Mas Ji sendiri lagi deketin siapa?"

Jilan tak langsung menjawab. Ia berlagak seperti orang yang sedang berpikir keras. "Menurut kamu aja deh. Kira-kira saya cocok sama siapa?"

"Itu, loh, tukang sayur yang kalau pagi udah digodain duda-duda. Cocok tuh sama Mas Ji," ujar Abel.

"Yah, Bel, saingan saya berat banget. Yang deketin Mbak Mina udah berpengalaman semua."

Abel tertawa keras. "Nggak apa-apa tau. Mbak Mina kayaknya tertarik sama Mas Ji deh. Abel sering liat dia genitin Mas Ji."

Jilan tersenyum sembari menatap Abel dari kaca spion. Ia mengangguk perlahan. "Kamu sendiri tertarik nggak sama saya?"

Jari telunjuk Abel berdiri, sembari bergerak ke kanan dan kiri. Serta Abel yang berucap no, no, no. "Saingan Abel itu Mbak Mina. Badannya seksi parah. Mundur duluan Abel jadinya."

"Hahaha! Kita random banget, sih, Bel."

Abel menyetujui perkataan Jilan. Ketika mereka bersama seperti ini, sering sekali mereka berucap hal-hal yang aneh. Tak lupa juga dengan saling menjodohkan kepada siapapun yang lewat di depan mereka. Entah itu tukang jamu, tukang parkir, tukang sayur, tukang bakso, dan tukang-tukang lainnya.

"Mas Ji lebih suka sama badan yang kayak Mbak Mina apa kayak Abel?"

Jilan melirik Abel sebentar, lalu menjawab, "Mau kayak gimanapun bentuk badannya, kalau saya sukanya sama dia, ya tetap dia."

"Wedehhhh!" Abel memberikan tepuk tangan yang kencang untuk Jilan. "Jawabannya cari aman banget, ya, hahaha."

Pemuda itu ikut tertawa juga. "Eh, tapi saya serius loh, Bel. Kalau saya udah suka sama orang, dia selalu keliatan cantik dimata saya."

Abel mengiyakan saja. Bagaimana tidak banyak gadis yang menyukai Jilan, kalau dalam hal berbicara saja bisa begitu manis. Jangankan berbicara, hanya tersenyum saja sudah bertebaran gadis yang menyukainya.

MAS JI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang