43. Mengulang Waktu?

482 13 0
                                    

"Ini kita udah cari dirumah Lauren sama Elvano, rumah kakek Adi, rumah kakek Frans. Masih ga ada juga Bel.. Kita harus kemana lagi?.. " Lirih Bagas dengan wajah muram seraya menyetir mobil.

"kira kira, kalau Lauren lagi sedih. Dia kemana ya? Gue takut dia bundir anjir" Celetuk Abel.

"jaga omongan lo" Tegas Bagas dengan menatap Abel ketus.

"Ya maap, tapi kenapa? Suka lo sama Lauren? Hah? " Ucap Abel bercanda.

"Jangan bercanda, ini serius. Kalau Lauren ga ketemu bisa bisa gue dibunuh sama Elvano gara gara dituduh nyulik istrinya" balas Bagas.

"Gimana kalau ke pantai?" Ajak Abel.

"Ok, gue setir mobil ini udah jauh. Jadi pasti kita udah jauh dari Jakarta, jadi kita ke pantai deket sini aja" Ucap Bagas lalu menginjak gas mobilnya.

"Gue ngikut lo"

Sementara di kediaman Lauren, Lauren menatap langit dengan pandangan sendu.

Beberapa kali panggilan masuk dari Elvano, tetapi tetap Lauren memilih tidak menjawab itu. Lauren masih terpukul dengan pandangan matanya malam ini.

Pesta perusahaan yang ia kira akan membuatnya bahagia, ternyata membuat ia berantakan.
Hatinya bagaikan kapal yang terombang ambing gelombang laut.

Angin malam semakin kencang, udara semakin dingin. Tak ada tempat untuk Lauren meraih kehangatan.
Dulu, setiap Lauren sedih atau tidak mood. Elvano selalu bersamanya, mengajaknya kepantai dan memeluknya dari belakang, mencium kening nya serta membelai rambutnya. Kini, tidak ada yang bisa membuatnya merasa hangat seperti ada Elvano disampingnya.

Memang, jelas rindu. Tapi kekecewaan yang didapat Lauren, lebih sakit dari rindunya kepada Elvano.

Seakan akan Elvano membuatnya tenggelam ke samudra yang dalam dan gelap gulita. Tidak ada lentera ataupun kehangatan disana, yang dirasa hanyalah kesepian, dingin, dan juga kegelapan.

"Kamu, tentang kamu dan kita El.. Aku kecewa sama kamu..Bener bener kecewa, aku ga nyangka.."

Lauren terbuai dalam tangisannya, kejadian tadi. Membuat otaknya terus memutar mutar kejadian itu halnya kaset rusak.

"Lauren?" Ucap seseorang yang menghampirinya.

Lauren langsung mengelap air mata yang sudah membasahi wajahnya dengan tangannya sendiri. Bahkan, wajahnya benar benar memerah, matanya sembab, rambut yang semakin berantakan dikarenakan angin malam.

"e-eh? Ba-bagas? A-abel? K-kok kalian disini?.. "

"Kita cariin kamu, Lauren. " Jawab Bagas dengan tatapan seperti prihatin terhadap kondisi wanita yang menjadi brand ambassador perusahaannya.

"Iyaa, kita cariin lo. Ternyata disini.. " Sambung Abel dengan membawa sedikit minuman.
Abel pun menyodorkan minuman tersebut ketangan Lauren. Memberi isyarat untuk Lauren meminum minuman yang hangat itu.

"Ma-makasih, maaf kalau ngerepotin kalian" Ucap Lauren seraya berdiri dari duduknya.

"Gak ngerepotin Lauren, kita berdua malah cemasin kamu." Tegas Bagas dengan tersenyum tipis.
Lauren sedikit tersenyum dengan jawaban Bagas, ia dan Abel mencemaskan dirinya. Seenggaknya ada orang yang menemani dirinya dalam samudra yang dalam itu agar ia tak terlalu kesepian.

Mereka bertiga duduk didesiran pantai. Seraya membiarkan ombak laut membasahi kaki mereka. Mendengarkan curhatan hati Lauren, teman mereka.

"Gapapa, jangan malu Ren. Nangis aja, kita tau lo sedih. Air mata bukan sesuatu yang memalukan kan? Itu wajar kok" Hibur Abel seraya membelai rambut Lauren.

JANJI KAKEK - ELVANO & LAURENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang