Jakarta, 10 Januari 2022.
"Bagas, aku dijemput pak Arif aja ya. Takutnya, Elvano bakal salah paham sama kita kalau kamu tetep kekeh nganterin. " Ucap Lauren kepada Bagas yang sedang mengambil koper mereka berdua.
"Ok, demi kebaikan kalian berdua. Yaudah tapi aku tetep tunggu kamu sampai dijemput supir kamu itu" Jawab Bagas seraya menganggukkan kepalanya memberi tanda bahwa ia setuju.
Lauren segera mengambil ponsel yang berada dalam tasnya. Dan segera menghubungi pak Arif untuk menjemputnya dibandara.
Setelah beberapa menit, sekitaran setengah jam. Pak Arif sampai dan Lauren langsung berpamitan dengan Bagas. Serta, Lauren langsung masuk kedalam mobilnya.
Sesampainya dirumah, terlihat. Vano sedang digendong oleh Anita dengan Leo yang sedang sarapan dirumah.
"Eh ma, pah. Pagi" Sapa Lauren.
"Pagi Lauren. Ayo makan bersama, Vano lagi dijemur mama kamu" Jawab Leo dengan menawarkan masakan yang sudah dimasak Anita.
"Iya pah" Lauren pun langsung menghampiri Anita dihalaman yang sedang menggendong gendong Vano untuk berjemur.
"Ma, pagi. Apakabar?" Sapa Lauren kepada Anita.
Lauren tersenyum sejenak "pagi Lauren. Mama baik, cucu kedua mama baik baik aja kan?" Jawab Anita.
"maa.. " Sambung Vano yang sangat senang melihat mamanya kembali.
"Iya sayang, jangan minta gendong dulu ya. Mama belum mandi" Balas Lauren terkekeh.
Anita pun ikut terkekeh mendengar jawaban Lauren.
"Oh ya ma, Elvano kemana? Aku denger dari Pak Arif, Elvano brutal banget semalem" Tanya Lauren menyinggung kejadian tadi malam.
"Elvano, dari tadi subuh. Gatau pergi kemana. Mama sudah tanya, tapi dia diem aja. Bahkan nyapa mama, ataupun papa aja enggak. Kayanya, hubungan kalian lagi renggang ya? Ada apa? Cerita sama mama.. " Jelas Anita dengan nada cemas.
Lauren termenung, apakah masalahnya semalam belum selesai? Ia kira, setelah ia datang. Elvano akan berlari lalu memeluknya untuk meminta maaf. Namun kenyataannya, tidak sama sekali. Bahkan Elvano pergi kemana saja tidak ada yang tahu.
"Gitu ya ma? Emang sih, semalem Lauren ada pertengkaran lumayan besar sama El. Tapi kayanya kalau Lauren ceritain disini. Gak enak" Balas Lauren dengan nada yang sedih, ia masih terngiang ngiang dengan ucapan Elvano mengenai perempuan macam apa dirinya?
"Yasudah kalau begitu, mendingan kamu mandi dulu bersih bersih dulu. Vano udah mandi, " Ucap Anita.
"Iya ma, makasih ya. Lauren usahain, Lauren bakal coba ngomong sama El tentang masalah ini. Yaudah Lauren ijin masuk ya ma" Balas Lauren dan segera pergi masuk kedalam rumah.
Beberapa jam kemudian, Anita dengan Leo pamit kepada Lauren untuk pulang ke rumah mereka. Sementara Lauren, sudah selesai beberes pagi ini.
Ia pun duduk disofa ruang tamu. Lauren masih sangat cemas dengan kondisi Elvano saat ini dan dimana dia?
"Apa aku telfon aja? Apa bisa diangkat?" Ucap Lauren bertanya pada dirinya sendiri. Jujur, Lauren sangat ragu kalau Elvano akan mengangkat telfon darinya.
"Tapi, apa salahnya kan kalau aku coba?" Lauren pun segera mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Elvano.
Nit..
Nit..
Nit..
Nit..
"Hm"
"Halo El! Kamu dimana?! Aku dah pulang ke Jakarta! Udah dirumah! Kamu dimana?.. "
"Bukannya jadwal lo besok pulangnya?"
"Lo? Maksud kamu?"
Nit..
Telfon seketika mati dimatikan oleh Elvano sendiri.
"Apasih El? Lo gue?" Batinnya kesal.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara dari arah pintu.
Lauren pun segera bergegas menuju ke arah pintu depan....
Lauren membelalakan matanya saat ia terkejut bahwa tahu orang yang didepannya adalah Elvano yang sedang berjalan gontai dan sangat jelas bahwa ia sedang mabuk.
"E-el? Ka-kamu mabuk..? Masuk dulu. " Tanya Lauren dengan ragu mempersilahkan Elvano untuk masuk kedalam rumah.
Elvano tersenyum smrik menghadap Lauren, dan menertawakannya.
Lauren yang bingung akan tingkah Elvano, semakin geram karena ia sudah kesal. Berani beraninya Elvano mabuk, padahal itu adalah sesuatu yang dibencinya dari lelaki.
"enak sama Bagasnya? Udah diapain sama dia? Gimana? Enak? Hhhahahahahh wanita sasimo" Ucap Elvano yang diduga sedang ngelantur.
"kamu ngomong apa El?. " Tanya Lauren dengan nada yang lantang.
Elvano tersenyum mengejek sebentar, dan ia langsung mengeluarkan sesuatu yang ada didalam sakunya lalu menyodorkannya pada Lauren.
Mata Lauren tebelalak ketika Elvano mendapati foto foto itu. Dan langsung mengambilnya.
"Kamu dapet foto ini darimana?." Tanya Lauren dengan nada yang menekan.
"Thania. Dia yang kirim mata mata buat ngawasin kamu.." Jawab Elvano yang mulai serius.
"Kamu gak bisa kek gini. Kamu harus tanya sama aku! Gambar ini bukan faktanya!" Elak Lauren.
"Jelasin apalagi? FOTO INI UDAH MENJELASKAN SEMUA LAUREN! KAMU SELINGKUH!" Bentak Elvano yang baru pertama kali Lauren dengar.
Tak takut. Sebab ini adalah kesalahpahaman. Lauren melangkah maju lebih dekat Elvano dan langsung menampar pipi kirinya.
PLAK!
Elvano termenung, ia tak percaya Lauren bahkan berbuat senekat itu.
"Maksud kamu apa?." Tanyanya dengan raut wajah yang seperti pemburu.
"KAMU LEBIH PERCAYA FOTO INI YANG DIKASIH DARI PEREMPUAN JALANG ITU?! HAH! DARIPADA ISTRI KAMU SENDIRI?! OKE. FINE! KAMU GAK MAU DAPET PENJELASAN DARI AKUKAN? FINE! AKU KELUAR DARI RUMAH INI. SEKALIAN AJA BUAT SURAT CERAI!" Balas Lauren dan langsung berlari menuju kamarnya.
Beberapa menit kemudian, Lauren turun dari anak tangga dengan membawa Vano dan kopernya serta dengan wajah yang sudah banjir air mata.
"KAMU BOLEH PERGI DARI RUMAH INI. TAPI JANGAN BAWA VANO!"
"mama..!!!! huaaaa!!! mamaaaaa! Papa mayah! Hikss! Papa mama kenapa..?!" Tangis Elvano dengan kepala yang berlindung ditengkuk Lauren karena takut oleh suara papanya yang baru pertama kali ia dengar.
"Udah yaa sayangg, kita gak ketemu papa lagi kok tenang aja.. Vano ikut mama ya nak" Ucap Lauren untuk menghibur anaknya.
"LAUREN. ATAS HAK DASAR APA KAMU NGAMBIL VANO?! AKU PAPANYA! LEBIH BERHAK BAWA VANO!" Bentak Elvano dengan suara yang lebih menggelegar, sehingga Vano semakin menangis.
"AKU MAMANYA! AKU YANG LAHIRIN! AKU YANG BERTARUH HIDUP DAN MATI! JELAS AKU BERHAK. DAN SANGAT BERHAK UNTUK MEMBAWA VANO KETIMBANG KAMU!" Balas Lauren dengan nada lebih lantang dari sebelumnya. Dan langsung mengambil kunci mobil pribadi dan langsung berjalan keluar menghampiri mobilnya.
"Vano sayang, Vano ngerti ya nak.. Papa kamu gak bisa mama jelasin, dia lebih percaya sekertaris murahannya itu.. " Bisik Lauren yang tak lupa dengan air mata yang masih mengalir.
Lauren pun segera masuk kedalam mobil, dan tak lupa juga menaruh kopernya dan segala perlengkapan Vano kedalam garasi. Sementara Vano duduk disampingnya.
Lauren pun langsung menjalankan mobilnya menuju rumah pribadi yang sebenarnya sudah ia beli sebelum dirinya menikah dengan Elvano.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI KAKEK - ELVANO & LAUREN
Teen FictionElvano dan Lauren, dua orang yang tak saling mengenal. Dipertemukan oleh sebuah janji dari kakek mereka. Kakek Adi dan Kakek Frans, dua orang kakek yang menemukan dua hati menjadi satu cinta.