Chapter 11

380 68 26
                                    

Terlihat di bangku taman beberapa siswa sedang bercerita serius. Mereka adalah teman sekelas Stefan. Dan begitu Stefan datang, ikut duduk disana, teman-teman Stefan seketika menjauh. Stefan tak heran akan sikap dingin mereka padanya. Menurut mereka, mungkin dialah penyebab meninggalnya Adrial.

Stefan bak virus menular yang harus di jauhi. Bahkan ia juga melihat di mading beberapa selebaran fotonya yang dipasang tanduk dan taring. Tertulis sangat besar berwarna merah di bawahnya, The Real Devil.

Stefan tak peduli akan itu. Ia hanya bisa menata kesabaran dan keikhlasannya. Bahkan sekalipun dia tahu siapa yang tega membuat selebaran itu untuknya, dia juga tak peduli. Yang dia pedulikan kini adalahnya dirinya sendiri yang harus di perbaiki, terlebih dengan adanya hal-hal seperti ini.

Stefan hanya diam, menutupi diri. Bersabar. Bertahan di atas ini semua. Belajar menerima keadaan yang jahat padanya. Dia bisa saja pergi atau lari dari semua ini, tapi sekali lagi. Ia tak mau jadi pengecut.

Stefan menundukkan kepala. Lalu diangkatnya lagi kepala itu. Menatap nanar kedepan. Dan dia sedikit tertegun ketika ia mendapati Aldo tengah menatapnya dengan datar.

Stefan berusaha menyunggingkan senyum ditengah dukanya. Niat menyapa lelaki itu. Tapi Aldo tak merespon. Dia lantas pergi meninggalkan Stefan.

Stefan kembali murung. Mengutuk diri. Jadian dengan Tori adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dan juga berdampak konyol akan lingkungannya kini. Tatkala banyak hati yang terluka sampai ditinggal mati pun merana.

Stefan membuang napasnya. Berusaha kuat dan menerima ini semua.

~

Arsen mendatangi sebuah restoran mewah untuk memenuhi undangan Caleb siang ini.

Tadi pagi dia menerima ajakan Caleb untuk makan siang sebagai tanda baiknya hubungan mereka berdua.

"Hai, Cal?" sapa Arsen.

Caleb tersenyum antusias dan berdiri dari duduknya di meja makan tersebut. "Hai, Sen"

Arsen menjabat tangan Caleb seketika. "Sorry, lama nunggu ya?"

"Ah, enggak kok. Baru lima menitan" kata Caleb.

"Oh, iya. Sukur deh kalo gitu" jawab Arsen.

"Duduk, Sen!" kata Caleb.

Arsen duduk di kursinya, berhadapan dengan Caleb. Ia tersenyum lebar, begitu antusias dengan hari ini.

Ada sekitar 5 detik dan rasa rindu mereka adu tatap sejenak. Arsen lebih dominan sementara Caleb memerah malu di balik senyuman manisnya.

"Kamu kurusan" ujar Arsen seketika.

"Iya" kata Caleb sambil memperhatikan dirinya sendiri.

"Makanan penjara gak enak-enak ya?" tanya Arsen lagi.

"Kok kamu ngeledek sih?" Caleb mencubit pipi Arsen, gemas.

Arsen tertawa terbahak-bahak. "Maaf maaf maaf. Becanda"

Caleb menghabiskan tawanya, disusul Caleb. Kemudian hening sebentar. Untuk beberapa saat rasa canggung mulai menyergap.

Hingga Caleb langsung mengujarkan sebuah kalimat tanya. Kalimat yang selama ini dirasa. Kalimat yang benar-benar mematahkan egonya sendiri. Kalimat rancu yang membuat rasa penasaran semakin candu. Kalimat dimana sipendengar akan tertegun dan mencoba mengulang lagi memori dalam segala hal.

"Do you miss me?" tanya Caleb seketika.

Senyuman Arsen berubah seketika. Dia gelagapan. Bola matanya bergerak-gerak. Mendadak gugup. Berat menelan ludah. Keringat dingin. Campur aduk.

STUCK ON YOU 5 (FINAL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang