Ketika semua orang telah pergi dari pemakaman Adrial, langkah kaki seseorang datang memasuki areal perkuburan dan menghampiri datangnya makam tersebut.
Sepatu hitam mahal terpasang di kaki mungilnya. Tetesan air mata jatuh ke tanah itu seraya dia membungkuk dan memegang papan nisan Adrial yang masih baru. Bahkan bau tanah segar pun dapat tercium hangat meski terasa hayal di indera penciuman.
Stefan sesenggukan menangis di kuburan Adrial yang basah. Dia tak tahu harus berkata apa. Rasanya tak sanggup untuk berkata-kata. Melihat kuburan Adrial, orang yang selama ini sudah ia anggap sebagai kakak, seperti mimpi buruk berkepanjangan.
Stefan tak kuasa menangis di hadapan Adrial yang sudah berbaring di dalam tanah. Dia tak bisa mengadu selain menyendu disana.
"Kamar... Ya Tuhaaan, maafin Malik, Kamar. Malik udah bikin Kamar kecewa. Bahkan Malik... Malik gak sempat kasih kesempatan untuk Kamar mendapatkan cinta dari Malik. Maafin Malik, Kamar... Maafin Malik" isak Stefan, penuh ratap dan air mata penyesalan.
"Malik nyesel banget. Udah bikin Kamar kecewa sampai di kali terakhir kita ketemu. Maafin Malik, Kamaaar. Maafin Malik. Malik pasti gak bisa tenang banget sampai kapanpun. Malik sedih, Kamar. Malik gak berhasil jadi adik yang baik untuk Kamar. Malik gak bisa jadi orang yang bisa Kamar andalkan. Terutama urusan perasaan. Malik menyesal sekali, Kamar. Maafin Malik" imbuhnya dengan deraian air mata.
Seiring Stefan menaruh sebuket bunga di atas tanah kuburan Adrial. Diusapnya nisan itu dengan lembut. Menyiratkan rasa tak percaya dan sesal yang menderu sepeninggalnya Adrial Irsyadilah Januar.
"Malik pamit, Kamar. Tolong, dateng di mimpi Malik. Supaya Malik bisa minta maaf langsung sama Kamar" kata Stefan dengan berat langkahnya meninggalkan kuburan Adrial tersebut.
~
Malam harinya, Stefan datang menghampiri rumah duka Adrial. Disana sudah banyak dan penuh dengan para tamu yang datang untuk mendoakan almarhum Adrial.
Meski ragu, Stefan tetap nekat untuk datang ke rumah besar itu. Tak peduli jika nantinya harus di usir lagi oleh Yasmin. Tak peduli jika siapapun membencinya di rumah itu. Yang penting niatnya baik dan tulus untuk mendoakan Adrial.
Yasmin yang melihat Stefan berada di ambang pintu itu turut menghampiri dan merengutkan pandangannya pada Stefan. "Mau ngapain lagi lo??? Masih gak punya muka lo, hah? Dateng kesini!"
Stefan menundukkan kepalanya. "Gue cuma mau doain Kamar, Min. Itu aja"
"Dia gak butuh doa orang jahat kayak lo!" tukas Yasmin. "Mending sekarang lo pulang sana!"
Di tengah-tengah suara doa yasin yang mengambang di udara rumah itu, Dali tak fokus dan melihat kebisingan kecil yang terjadi di ambang pintu. Dia pun menghampiri Stefan dan Yasmin disana. "Heh ini ada apaan sih? Kok malah pada ribut disini?" tanya Dali dengan suara yang kecil.
"Mending lo usir dia deh darisini, Dal! Dia tuh gak pantes disini. Dia udah nyakitin Adrial tau gak!" kata Yasmin, dendam.
"Gue cuma pengen doain Kamar, Dali. Tolong..." lirih Stefan dengan mata yang berkaca-kaca. Jangan lagi. Please, niat Stefa sejak awal sudah tak ingin menangis lagi. Dia sedang berusaha berbesar hati untuk mengikhlaskan kepergian Adrial.
"Yaudah, masuk aja lah. Tunggu apa lagi?" tanya Dali pada Stefan.
Yasmin menganga. "Dal! Lo udah gila, hah? Ngapain sih?"
"Yasmin! Yang Adrial butuhin saat ini tuh cuma doa! Bukan yang lainnya. Semakin bertambah orang ngedoain dia, makin banyak, makin bagus kan buat Adrial?" tukas Dali.
Yasmin terdiam.
"Udah, lo berdua jangan memperkeruh suasana disini. Kalo lo mau doain Adrial, langsung masuk aja, Fan!" kata Dali.
![](https://img.wattpad.com/cover/289008386-288-k763402.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 5 (FINAL 21+)
Novela JuvenilLGBT 21+ CONTENT!!! homophobic, DONT!!! Akankah utuh??? ~~~ Thank you, selamat membaca. Lara & Husband First Chapter : 6 April 2020 Final Chapter : 28 Agustus 2022