Chapter 22

326 73 56
                                    

Adrial tercengang seketika, bagai aneh menatap Caleb. Lelaki ini bahkan tak terasa seperti ayahnya. Tapi hatinya gamang. Dia belajar menerima kenyataan bahwa dialah Ayah kandungnya. Maka ia pun harus menerima kenyataan itu, berikut dengan faktanya.

"Kenapa, Iyal?" tanya Caleb, seakan tahu jalan pikiran anak ini. "Kamu ngerasa aneh ya, sama Papa?"

Adrial masih dengan kernyitan keningnya, menahan sakit. "Aneh aja, Papa kok... keliatan masih muda"

Caleb tertawa kecil, "Kamu ini, Naaak. Bisa aja"

"Ngomong-ngomong umurku berapa, Pah?" tanya Adrial lagi.

Caleb menelan ludahnya, menutupi ketololannya di depan Adrial. Dia sama sekali tak tahu berapa usia Adrial. Dia juga bahkan tak peduli akan itu. "Mmm... enam belas, sayang"

"Kalau tanggal lahirku?" tanya Adrial lagi.

Caleb tersentak, Nih anak banyak nanya amat sih, brengsek! "Mmm... sayang, kamu jangan mikir yang berat-berat dulu ya, tadi dokter bilang apa. Jangan mikirin hal berat dulu. Nanti aja kalo kamu pulih betul. Kamu istirahat dulu ya"

Adrial mengangguk dan memilih untuk tidur.

Tak lama kemudian sebuah telpon masuk dari nomor tak di kenal masuk ke ponsel Caleb. Caleb tersenyum, sudah tahu siapa penelpon tersebut.

Caleb pun langsung menjawabnya, "Halo?"

"Eh, iblis! Mending sekarang lo keluar dari tempat persembunyian lo, Cal! Kalo lo masih mau selamat!" suara Julian terdengar diujung sana, "Lo tau kan sebentar lagi polisi bakal nangkep lo! Lu bakal balik ke tempat lo seharusnya!"

Caleb tertawa seketika. "Silahkan aja, Tuan Julian Januar yang terhormat. Saya gak takut sama sekali" telpon ditutup.

Julian di tempatnya menganga tak percaya. Mengapa Caleb bisa sesantai dan setenang itu.

"Gimana, Bang?" tanya Arsen yang sejak tadi sama cemasnya dengan Julian. Dia bahkan tak bisa tidur sama sekali memikirkan semua kejadian ini.

Julian masih terdiam, memandangi Arsen dengan sedikit lirih berpadu pikiran rancu. Apalagi rencana Caleb selanjutnya.

"Bang! gimanaa?" tanya Arsen sekali lagi.

"Kayaknya kita jangan dulu lapor polisi deh, Sen" cetus Julian.

Arsen menekuk alisnya sambil menganga, "Kok jangan lapor polisi sih, Bang??? Justru ini tuh cara supaya dia gak ganggu hidup kita lagi, Bang!"

"Bang Yayan punya pikiran kalo Caleb itu juga punya cara lain, Sen! Dia tadi santai banget pas Bang Yayan ngancem dia! Dia pasti punya cara lain untuk ngancurin kita, Sen" ujar Julian.

Arsen terkekeh. Dia geram mendengarnya. Dia sama sekali benci mendengar nama Caleb, apalagi dengan rencana berikutnya. "Arsen gak tau lagi harus gimana ngadepin dia, Bang!"

"Kecuali kita bunuh, Sen!" tukas Julian.

Arsen tercekat mendengarnya. Antara niat dan sadar, dia berada di ambang pikiran paling ceteknya begitu suaminya melontar kalimat itu.

Dua lelaki itu hanya bisa saling bertatapan satu sama lain bersama dengan satu pikiran yang serupa.

~

"Dimana Dali?" tanya Aidan seketika pada Stefan dan Aldo yang duduk bersama di bangku kelas Stefan.

Aldo juga Stefan hanya bisa saling berpandangan.

"Kalian jawab aja, dimana dia???" tanya Aidan.

"Gak ada!" jawab Stefan, "Dia gak ada sama kita!"

"Lagian lo mikir lah, tolol! Ngapain juga dia sama kita? Lo kan pacarnya, masa gak bisa jagain dia?" tukas Aldo.

STUCK ON YOU 5 (FINAL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang