"Julian..." Caleb bersuara lirih dengan mata sayu. Jaket tebal terbalut dibadannya.
"Mau apa lo kesini? Mau ganggu keluarga gua lagi?" tanya Julian berapi-api.
"Tolong jangan salah paham. Saya hanya ingin-"
"Orang kayak lo, gak pantes untuk gak di suudzonin! Lo itu jahat, Caleb! Heran gue kenapa Tuhan masih kasih orang kayak lo itu nyawa" tegas Julian dengan keras.
"Saya ingin minta maaf sama kamu dan keluarga kamu, Julian" aku Caleb.
"Minta maaf?" ulang Julian.
"Udah begitu banyak penderitaan yang harus kalian tanggung karena ulah saya"
"Ya memang! Dan lo... sama sekali gak pantes dapetin maaf dari gue apalagi keluarga gue!" tutur Julian.
"Saya bisa!!!" ujar seseorang yang tiba-tiba saja berdiri di belakang Julian.
Julian menoleh dan mengerutkan keningnya dengan heran. "Adrial???"
"Adrial..." Caleb tersenyum penuh harap.
"Asal dengan satu syarat!" tambah Adrial.
"A-apa?" tanya Caleb.
"Balikin semua yang udah kamu ambil dari keluarga saya!!! Baru saya bisa maafin kamu!" ujar Adrial.
Arsen seketika datang menghampiri bersama Aidan. "Dia gak akan mungkin ngelakuin itu!"
"Pah..." Adrial terengah.
"Karena dia terlalu pengecut untuk itu. Cara ngambilnya aja pake cara licik! Mana mungkin dia mau mengembalikan semua itu" tukas Arsen.
Caleb terdiam menatap Arsen penuh lirih.
"Udah, Caleb! Mendingan lo pulang sana! Jangan pernah kembali kesini lagi dan ganggu keluarga gue!" usir Julian pada Caleb.
"Saya sudah mengurus semua berkas untuk pengalihan balik keseluruhan harta dan properti yang sudah saya ambil dari Adrial" ucap Caleb dengan jujur.
Semua orang di sana menekuk alisnya karena saking tak percayanya mereka dengan apa yang telah dikatakan oleh Caleb barusan.
"Kamu gak perlu berbohong lagi dengan kami semua, Caleb! Sana pergi! Kami gak butuh kebohongan kamu!" tegas Arsen.
"Berkasnya ada di rumah. Di laci meja kerja saya" ujar Caleb.
"Kita kesana!" tukas Aidan.
"Nak... kamu sama Adrial berangkat sekolah aja. Biar Papa sama Daddy yang kesana" sergah Arsen pada anaknya.
"Papa yakin?" tanya Aidan.
"Iya, Pah?" tanya Adrial.
"Iya, udah. Sekolah kalian lebih penting. Nanti kalian terlambat"
Kedua anak Arsen pun menurut dan mengiyakan. Aidan beralih pada Caleb. "Sampe ini semua cuma trik lo untuk ngejebak Bokap gue. Gue pastiin lo bakal mati ditangan gue!"
Caleb mengangguk pelan saking ringkihnya.
Lantas Aidan dan Adrial pun turut berangkat sekolah dengan harapan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Ayo cepet ke rumah lo!" cetus Julian.
~
"Yal, menurut lu, semua akan baik-baik aja gak ye?" tanya Aidan pada Adrial. Aidan sambil menyetir harap-harap cemas dengan keadaan tadi.
"Diem lu. Gue masih males ngomong sama lu!" cetus Adrial.
"Dih. Lu pikir gue juga gak males sama lu? Dewasa dikit lah bos. Masalah personal, personal! Keluarga ya keluarga! Gimana sih" tukas Aidan.
Adrial terdiam seketika. Rautnya masih sungut oleh kakaknya.
"Dulu waktu lo masih belum anemia nih"
"Amnesia!"
"Iye, amnesia! Lu tuh... dewasa banget, Yal! Segala sesuatunya lu selalu pikirin baik-baik. Dan lo... lo itu sayang banget sama Stefan, Yal! Lo sayang banget sama dia. Sampe lo ngerelain apapun buat dia. Tapi dianya gak peka-peka! Sekarang malah jadi kebalik gini" tukas Aidan panjang lebar.
"Gue suka sama Stefan?" ulang Adrial.
"Bukan cuma suka! Sa-yang!" tegas Aidan.
Adrial mendadak gamang. Nafasnya seketika menjadi cepat karena jantungnya berdegup hebat. Segala sesuatunya berusaha untuk dia pikir dan ingat, namun seketika kepalanya mendadak pusing dan sakit mengilu. "Aaaarrggghhhh!!!" Adrial memegang kepalanya.
"Yal, Yal! Lu kenape, Yal?" Aidan mendadak panik sambil berusaha fokus menyetir. Multitasking.
"Rrrggghhhh!!!" Adrial berteriak saking sakit dikepalanya kian menusuk.
"Yal please jangan bikin repot disini dong. Elaaahhh!" tukas Aidan. "Udah udah gausah dipikirin. Tidur aja tidur coba. Merem merem! Jangan melek!"
"Bacoooottt sakiit anyiiing!" ringis Adrial.
"Yeeee malah ngegas lagi. Jadinya sekolah apa rumah sakit nih?" tanya Aidan masih panik.
"Sekolah sekolah!" ujar Adrial sambil berusaha mengontrol rasa sakit dikepalanya.
"Beneran?"
"Iya iya"
"Yaudah, kasih tau lo kalo kenapa-napa!"
Adrial mengangguk, rasa sakit di kepalanya perlahan reda.
Aidan masih panik, sesekali menoleh kepada Adrial. Takut adiknya kenapa-kenapa.
~
Arsen dan Julian tiba di rumah lama mereka. Seketika Arsen menitihkan air matanya mengingat begitu banyak kenangan yang tinggal di rumah ini bersama keluarganya dahulu.
Julian merangkul Arsen, memberikan energi positif dan tegar untuknya. "Sabar ya, Sayang. Kalau Caleb benar-benar jujur, kita pasti akan dapetin rumah ini balik. Yah?"
Arsen mengangguk pelan.
"Eh, lo jangan coba-coba jebak kita ya, Cal! Dalam kondisi lu yang kayak gini, gue bisa bunuh lu lebih cepet" tegas Julian.
"Tenang sayang, aku juga udah telpon Buper sama Mas Baik. Mereka menyusul kesini" kata Arsen dengan tegas.
Caleb pun mengangguk dan bergegas masuk ke dalam rumah itu. Arsen dan Julian mengikuti langkah Caleb. Tak ada satupun yang berubah disana. Semua tetap pada tempatnya. Bahkan furniture-nya pun tak ada satupun yang berpindah.
Caleb memasuki ruang kerjanya yang dahulunya adalah kamar Arkan dan Robert.
"Lu gak malu apa, Cal? Ngerebut rumah ini dengan cara yang kotor kayak gini?" tanya Julian setelah sambil memperhatikan seisi ruangan yang tak berubah sama sekali.
"Makanya saya berniat untuk mengembalikan seluruhnya pada yang berhak. Yaitu kalian berdua" ujar Caleb sambil membuka kunci laci meja kerjanya disana.
"Yaudah cepetan, mana surat-suratnya! Gausah dilama-lamain deh!" tukas Julian.
"Sebentar, kuncinya memang rada macet" tukas Caleb.
"Gausah pake alasan yang belibet, Cal! Cepetan mana sini surat-suratnya?" gertak Julian.
"Apa kamu cuma mau ngejebak kita lagi?" tanya Arsen semakin geram.
Seiring kemudian, Caleb berhasil membuka laci meja tersebut. Namun matanya melotot ketika melihat isi laci tersebut.
Arsen dan Julian langsung paham arti gelagat Caleb tersebut. "Kenapa?" tanya Arsen.
"Surat-suratnya gak ada" jawab Caleb.
TO BE CONTINUED
Chapter-chapter terakhir dari
STUCK ON YOU
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 5 (FINAL 21+)
Fiksi RemajaLGBT 21+ CONTENT!!! homophobic, DONT!!! Akankah utuh??? ~~~ Thank you, selamat membaca. Lara & Husband First Chapter : 6 April 2020 Final Chapter : 28 Agustus 2022