Chapter 19

314 63 99
                                    

"FUUUUUUUCKKKKK!!!!" Julian menghempaskan semua barang-barang di meja kerjanya sampai hancur berserakan.

Dia geram bukan main atas apa yang terjadi pada keluarganya kini. Hancur sudah. Hancur bukan main. "Kenapa jadi gini ya Allaaaaahhh!!!" teriak Julian.

Dia benar-benar kehilangan kendali. Emosinya meninggi begitu saja. Dia sudah punya segalanya. Jadi orang nomor satu di segala usaha. Namun kali ini, Julian benar-benar hilang arah. Tak tahu harus bagaimana.

Dia menundukkan kepalanya di atas meja. Letih. Hilang sudah semuanya. Arsen, Adrial. Hilang sudah.

Mawar hanya bisa mengintip dari balik pintu, suasana sedang kacau. Tuannya sedang tidak bisa di ganggu.

Seketika kedatangan dua orang mengejutkan Mawar yang masih mengintip Julian dari luar pintu.

Mawar tercekat, "Pak Adit, Pak Anwar???"

Adit dan Anwar manggut-manggut, menjauhkan Mawar dari pintu perlahan. Kemudian mereka masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Julian tersebut.

"Jul..." panggil Adit seketika.

Julian menoleh, seketika tangisnya pecah melihat kedua sahabatnya yang datang begitu saja menghampirinya. Julian langsung berjalan menghampiri kedua sahabatnya sambil memeluk mereka berdua dengan tangis kesedihan yang diratapinya.

Adit dan Anwar turut membalas pelukan Julian tersebut seraya mengusap punggungnya agar menyudahi tangisnya.

"Gua kesusahan, Dit... gua kesusahan, War..." isak Julian yang masih memeluk erat tubuh dua sahabatnya dengan gemetar dan derai air mata.

"Iya, Jul..." kata Anwar, lirih.

"Gua gak punya siapa-siapa" kata Julian lagi. "Gua sendirian"

"Enggak, Jul! Lo gak sendirian! Lo masih punya kami!" ujar Anwar.

"Lo masih punya dua sahabat mesum lo ini, ya gak?" tukas Adit.

Julian melepas pelukan itu dengan lirih. "Gua udah di ujung kehilangan Arsen, Dit! War! Gua udah ke Nanto, tapi dia gak bisa nolongin gua! Gua ke Robert tapi gua-"

"Jul!" potong Anwar tiba-tiba, ditatapnya mata Julian lekat-lekat. "Dari awal cerita ini dibuat... sahabat lo emang cuma kita berdua, Jul"

"Pernah kita ninggalin lo??? Enggak kan???" tanya Adit.

Julian mulai menyunggingkan senyumnya.

"Karena kita tau... seanjing-anjingnya kita ke elo, lo tetep orang yang gak pernah ninggalin dua sahabat mesumnya ini. Lo gak pernah pelit contekan meski kita udah berpaling dari lo ke Arsen!"

Julian tertawa kecil, menyeka air matanya.

"Lo inget gak?" tanya Anwar pada Adit.

"Yang pempek itu yak?" Adit menyengir menjawab.

"Ama tip-x 1 pak!" timpal Anwar.

Ketiganya ngakak bersama seketika. Tertawa terbahak-bahak.

"Mau ae lu disogok!" cetus Adit.

"Elu dongo!" timpal Anwar.

Julian menghabiskan sisa tawanya. Bersama Adit dan Anwar kesedihannya hampir sirna sudah.

"Jujur ada kalian disini, gua bener-bener ngerasa ilang beban gua! Thanks ya!" ujar Julian.

"Plus beban lo tambah ilang kalo lo liat apa yang kita bawa!" cetus Adit.

Julian terperangah, "Hah? Apaan?"

"Yang jelas bukan video bokepnya si Adit!" cetus Anwar.

"Yeee!!! Ngeselin!!" tukas Adit. Lalu dia menyodorkan ponselnya ke arah Julian. "Lo denger nih baik-baik!"

Rekaman suara yang berisi rencana Caleb bersama Miska seketika terputar di ponsel itu.

Caleb terkesan percaya diri dengan rencananya, "Yang jelas tujuan Ayah cuma satu, Sayang. Hartanya Arsen. Kalau untuk hatinya Arsen... itu berarti bonus! Makanya... rencana Ayah kali ini adalah... dapetin dulu hatinya Tuan Muda Arsen... dengan menghancurkan rumah tangganya secara perlahan. Buat Arsen jadi hilang percaya pada Julian!"

"Waoooww! It's amazing, Yah! Sumpah sih, Ayah keren banget!" ujar Miska.

Julian menahan emosinya setelah mendengar rekaman suara itu, dia tidak mau terlalu terbawa emosi kali ini sampai melakukan tindakan bodoh. "Lo dapet ini darimana, Dit???"

"Lo pikir kita diem aja ketika Arsen mulai deket lagi sama si bajingan salep panu itu???" cetus Adit.

"Kita dapet itu dari Tori! Kita ancem dia, kita takut-takutin dia dengan bilang, kalo kita udah tau semuanya dan dia bakal membusuk lagi di penjara!" timpal Anwar.

"Makanya kita paksa dia untuk rekam segala percakapan Caleb sama dia, sama Miska. Dan yang ini paling mencolok banget sih! Bisa lo jadiin bukti!" tandas Adit.

Julian manggut-manggut. "Bener, yaudah kalo gitu langsung aja kirim ke Arsen!"

"Ih, ya jangan laaah!" cetus Adit.

"Kenapa?" tanya Julian.

"Jul, kita udah berapa kali kayak gini dan gagal terus. Ayo dong, belajar dari kesalahan kita yang dulu-dulu!" tukas Anwar.

Julian manggut-manggut, setuju dengan kalimat Anwar.

"Mending sekarang, rekaman ini kita kirim ke ponsel masing-masing, copy sebanyak-banyaknya di komputer ke manapun itu sampe akhirnya Arsen bisa denger dari lo langsung, Jul! Kita duplikatin semua isinya. Taro di flash disk, di hard disk, di CD semuanya. Ini tuh bukti penting, jadi kita harus bener-bener antisipasi kuat banget, Jul!" timpal Adit.

"Kalo perlu kita bertiga ikut ke rumah lo untuk nemenin lo jelasin ini semua ke Arsen!" tukas Anwar.

Julian mengangguk, "Oke!"

"Ayo copy dulu, abis itu kita ke Arsen!"

"Ayo!"

~

"Sekarang kita harus gimana, Kak?" tanya Stefan pada Aldo.

"Ya mau gak mau kita harus cari Adrial sampe dapet!" ujar Aldo.

Stefan memijat keningnya, cemas, "Tapi gimana caranya ya Tuhaaaan!"

"Stefan! Stefan! Hei!!!" Aldo memegang kedua bahu Stefan untuk menenangkannya. "Dengerin gua! Adrial itu gak akan kemana-mana, Fan! Dia pasti ada di sekitar kita! Kita pasti akan temuin dia! Gue yakin banget akan itu! Sekarang kita berdoa aja ke Tuhan agar urusan kita semuanya dipermudah untuk nemuin Adrial! Oke?"

Stefan menatap wajah Aldo lekat-lekat, seakan masih sedikit meragu untuk yakin.

"Percaya sama gue! Dia udah pernah hilang bahkan sampe bertahun-tahun. Ada banyak pikiran-pikiran keluarga Januar dengan segala kemungkinan baik bahkan sampe yang terburuk. Tapi buktinya apa... dia ketemu lagi, kan? Dia balik lagi sama keluarganya, kan?" tandas Aldo.

Stefan mengangguk, membenarkan.

"Ini kabarnya dia udah mati, lo liat dia ada di dalem mobil, di bawa sama orang dalam keadaan pingsan, mustahil buat orang lain yang denger, tapi enggak buat gue, Fan!!! Gue... akan selalu jadi satu-satunya orang yang percaya sama lo! Gue janji itu! Oke???" tekad Aldo.

Stefan mengangguk lagi.

"Makanya lo harus yakin juga! Adrial... Mario... pasti bakal ketemu!" cetus Aldo meyakinkan.

Stefan seketika memeluk tubuh Aldo dengan erat. "Makasih kak Aldo... kak Aldo bener-bener orang yang baik! Makasih banyak kak Aldo..."

Aldo menyunggingkan senyum sambil membalas pelukan itu. "Sama-sama, Fan!"

"Bukan cuma kak Aldo aja, Fan! Gue juga percaya sama lo!" suara seseorang membuat Stefan dan Aldo yang tengah berpelukan di atas rooftop sekolah itu sedikit terkesiap.

Keduanya pun menoleh ke sumber suara, "Dali...?"

TO BE CONTINUED

STUCK ON YOU 5 (FINAL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang