Chapter 13

371 68 17
                                    

Nanto menganga mendengarnya, mulutnya terbuka. Matanya melotot, bibirnya bergemetar. Rahangnya mengeras sedemikian rupa. Wajahnya memerah panas.

Junior menatapnya tak tega namun puas. Dia berhasil mengutarakan apa yang selama ini dipendamnya selama belasan tahun.

Nanto seketika mengamuk dan memukul-mukul dada Junior yang bidang, "LO JAHAT LO!!! BRENGSEK!!! ANJING BABI TAIK NGENTOT LOOOOO!!!"

Isak tangis Nanto memuncak, "Gue selama ini gak pernah ada sedikitpun mencoba hianatin lo, Junior!!! Gue pikir selama ini lo udah berhasil bikin gua bahagia! Tapi..." Nanto melemas, napasnya terasa sesak. Dia sudah tak sekuat dulu untuk meninju siapapun yang coba-coba melakukan hal buruk padanya.

"Aku juga udah coba, Sya! Tapi aku gak bisa! Aku selama ini cuma berusaha menyembunyikan keterbatasan aku, Sya! Aku gak bisa terus menerus untuk berpura-pura jadi orang lain! Kamu bisa gak ngertiin posisi aku balik?"

"Terus kalo gitu ngapain lo nikahin gua, Junior??? Apa sebenernya tujuan lo untuk hidup gua??? Sampe kita udah terlanjur jauh kayak gini, hah???" tanya Nanto, tegas.

Junior menundukkan kepalanya, "Maafin aku, Sya! Aku minta maaf"

Tasya menutup wajahnya sesaat, mencoba menenangkan dirinya. Lalu dia kembali menatap wajah Junior sekali lagi, "Enggak" katanya.

Junior menatap Tasya, istrinya dengan payah.

"Ini bukan salah kamu, Jun. Ini salah aku. Aku yang salah. Aku yang selama ini gak pernah bisa peka dan sadar sama kekurangan kamu" jelas Nanto.

"Sya..."

"Gapapa, Jun. It's okay..." dia membalikkan badannya.

"Sya, kamu mau kemana???"

Nanto membuang napasnya, mencoba yakin dengan keputusannya ini. "Mulai hari ini, apapun yang terjadi... kamu jangan hubungin aku dulu"

"Tasya... please..."

Nanto menyeka wajahnya, berujar penuh yakin, "Sampe ketemu... di pengadilan"

"Tasya!!!"

Nanto bergegas pergi dari tempatnya dalam sekejap. Dia berlalu meninggalkan Junior di ruang kerjanya yang dingin.

Tempat itu seketika mendadak hening dan ambigu. Junior seakan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Diam di tempat dengan segala rahasianya.

~

"Kamu ngaku sekarang sama aku, kalo bener kamu yang nyebarin video mandinya Stefan! Iya kan???" tuduh Dali pada pacarnya itu. Sejak video itu tersebar, pikiran Dali sudah menjurus pada kekasihnya, Aidan. Entah kenapa.

Sedang Aidan sendiri merasa tak bersalah dan hanya tertawa dengan pertanyaan Dali seperti itu. "Lu tuh ngomong apa sih, Daliiii???"

"Aku seriuuuussss!!!" tegas Dali pada Aidan di lapangan basket indoor tersebut.

Aidan masih dengan senyuman nakalnya, "Lu tuh kalo lagi galak gini, makin hot tau gak! Bawaannya pengen meluk!"

"Aaaaaaawwwwwww!!!" sorak iseng para anggota tim basket yang lain.

Dali memukul lengan Aidan yang berkeringat, "Serius Aidaaannn!!! Bisa gak, jangan iseng yang keterlaluan gitu? Kasian Stefan! Kasian mentalnya, tau!" omel Dali.

"Udahlah, Dali. Buat apa sih, lu pusingin itu semua? Biarin aja. Anggep aja itu balesan buat si Stefan karena dia udah nyampakin adek gue!!!" tukas Aidan.

Dali berkecak pinggang di hadapan Aidan, ditatapnya lelaki berparas tampan dengan rambut lepeknya. "Idan... Dali kasih tau ya sama Idan ya. Tugas untuk ngebales perbuatan orang lain itu bukan tugas manusia. Ngerti!"

Aidan terdiam sejenak. Pikir Dali, Aidan paham maksudnya. Tapi tiba-tiba Aidan berujar lagi, "Tapi tugas gua mencintai elo, kan???"

"CIYYEEEEEEEEEEE!!!!" sorak riuh rendah lagi suara anak-anak tim basket yang menggoda Aidan dan juga Dali barusan.

"Udah cuuusss ngentot ngentooottt" teriak Rabu.

"Bobol udeh, Daaaan" timpal Sabtu, membuat suasana semakin heboh.

Dali hampir salah tingkah menahan malu, "Tau ah!!! Nyebelin!" dia pergi meninggalkan inti lapangan tersebut dan kembali ke kursi penonton.

Sementara Aidan menghabiskan tawa manisnya melihat Dali yang salah tingkah seperti itu.

~

Arsen pulang di jalan dengan mobilnya. Berpikir keras. Apakah tindakannya untuk bertemu dengan Caleb itu benar atau salah.

Dia menyeka wajahnya yang berkeringat karena cemas. Caleb menanyakan itu padanya. Bahkan Arsen malah lupa dengan segala kejahatannya. Nostalgia lama kembali terulang.

Betapa Arsen sangat mencintai Caleb dahulunya. Tapi Caleb tak pernah peka dan menyadari akan hal itu. Bahkan ia malah membuat Arsen sakit hati sampai harus kabur dari rumah dan menyendiri di apartemen.

Sampai ia bertemu dengan Julian. Seakan probabilitas hidupnya berhenti sejenak. Cinta sejatinya meradang. Arsen hidup bahagia. Bahagia?

Itu yang menjadi pertanyaan utamanya. Bahagia. Imbuhan itu hanya sekadar buih yang menjelma. Menyarat di permukaan. Tak terjamah. Setelah semua ini. Setelah apa yang kini di milikinya. "Are we happy now, Julian?" tanya Arsen dengan suara pelan sekali.

Sampai lamunannya terganggu oleh bunyi getar ponsel di saku kemejanya. Dilihatnya pesan itu dari temannya, Junior.

Tasya udah tau semuanya tentang perasaan gue ke elo, Sen. Sekarang dia pergi. Gue gak tau dia kemana.

"Astaga Juniooooorrr!!! Demen banget sih lo cari ulah!" dumal Arsen seketika dengan perasaan kelu.

~

Stefan tertidur di dekat nisan Adrial, sejurus dia terbangun dan terkesiap ketika melihat berbagai tukang makanan dan minuman sudah mengelilinginya di pekarangan pemakaman umum tersebut.

Stefan tertegun sejenak, menelan ludah. Dia bingung sekaligus heran, "Ini seriusan? Jualan pada di makam kayak gini???"

Seiring Stefan yang masih mengenakan seragam sekolahnya turut berdiri dari tidurannya. Dia melihat ke sekeliling, ada penjual bakso, mie ayam, ketoprak, nasi goreng, es buah, es serut, es dawet sampai siomay dan batagor. Bahkan ada juga pelanggan yang membeli makanan tersebut, sepertinya para pelayat. Ojol juga banyak yang nongkrong disitu.

"Bang! Kok pada jualan disini sih??? Gak salah???" tanya Stefan pada penjual ketoprak.

"Situ mau pesen? Kalo mau pesen, bilang aja ya. Gratis" kata abang penjual ketoprak. Dia bahkan tak menjawab pertanyaan Stefan.

Stefan menganga kebingungan, garuk-garuk kepala. Lalu dia meraba saku kemejanya dan terdapat secarik kertas yang terlipat disana. Ia pun turut membuka dan membaca isi kertas tersebut, "Lo gak perlu takut kesepian. Siapapun ada buat lo! Tambahan : Kalo laper tinggal pesen apapun yang lo mau"

Stefan kebingungan, "Gila! Siapa lagi nih" tanya Stefan.

Lalu Stefan bertanya lagi pada tukang ketoprak, "Bang, abang tau gak, siapa uang nyuruh abang buat jualan disini?"

Sejurus abang ketoprak itu turut mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto pada Stefan.

Stefan terpelongo ketika melihat foto abang ketoprak tengah selfie berdua bersama Aldo yang tampan sambil memegang sebuah kertas HVS bertuliskan : You are not alone - Michael Jackson

Stefan seketika tersenyum manis sbil geleng-geleng kepala. "Kak Aldoooo"

 
TO BE CONTINUED

STUCK ON YOU 5 (FINAL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang