Vera dan Rega saat ini sudah berada disekolah, mereka berdua tengah membaringkan tubuhnya diasrama mereka masing-masing.
Jika Vera tengah berbaring sambil sesekali melirik ke arah laptop milik temannya yang sedang menonton film, beda halnya dengan Rega yang lebih memilih membaca buku tebal yang menampilkan rumus-rumus kimia dan fisika.
Vera mengganti posisi tidurnya menjadi tengkurap agar lebih nyaman melihat ke arah laptop.
"Ver?"
"Ya?"
"Kamarin ijin kemana?"
"Oh acara keluarga," jawab Vera berusaha sesantai mungkin sambil memakan makanan ringan yang ada disampingnya agar tidak terlihat jika tengah berbohong.
"Kok bisa bareng sama Kak Rega," celetuk Elsa membuat Vera tersedak dan langsung mencari air minum yang ada disekitarnya.
"Uhuk..uhuk.. Mungkin kebetulan aja," ucap Vera disela-sela minumnya.
Elsa hanya mengangguk-angguk saja. Ya mungkin saja memang hanya kebetulan. Saat itu juga buktinya Elsa pernah sakit dihari yang sama dengan Ria. Lagipula mana mungkin pengagum rahasia seperti Vera bisa pergi bersama dengan pria pujaannya.
Mungkin bisa, tapi Vera terlalu penakut dan tak percaya diri dengan dirinya sendiri. Gadis itu hanya bisa menyukai dalam diam sambil memperhatikan pria pujaannya dari jauh, itulah Vera yang Elsa kenal.
"Ria sama Dela kemana?" tanya Vera mengalihkan topik.
Vera juga sebenarnya baru sadar jika dikamar mereka hanya ada dirinya dan Elsa, padahalkan kamar itu dihuni empat orang.
"Hah? Oh lagi eskul"
Vera menanggapi ucapan Elsa dengan anggukan lalu kembali melanjutkan ngemilnya yang tertunda karena tersedak.
......Sangking asyiknya maraton film, Vera dan teman-temannya sampai ketiduran hingga pagi hari mereka dibangunkan oleh alarm dari masing-masing ponsel mereka yang berbunyi secara bersamaan.
"Cepetan Del!!" teriak Elsa sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
Mereka berempat mandi secara bergantian, Vera dan Ria sudah lebih dulu mandi bersama, sedangkan Elsa dan Dela menolak untuk mandi bersama dengan alasan malu.
Bukannya Vera dan Ria tak punya malu, hanya saja keadaannya sangat mendesak, lagipula bentuknya sama saja kok.
"Duluan ya guys," ejek Vera sambil melambaikan tangannya sebelum keluar dari kamar diikuti oleh Ria dibelakangnya.
Saat tengah berjalan menuju ke kelas, Vera dan Ria tak sangaja bersalipan dengan Rega dan Arkan yang hendak menuju lab dengan menggunakan jas lab yang menambah kesan dingin dan tampan dari sosok Akiel Regathan.
Arkan tersenyum ramah ke arah Vera yang membalasnya dengan anggukan dan senyuman tipis, sedangkan pria disamping Arkan hanya diam dengan tampang datar menatap ke depan sambil terus berjalan tanpa menoleh ke arahnya sedikitpun.
"Kak Arkan lumayan," Vera menoleh ke arah Ria yang baru saja bergumam setelah kepergian kedua Kakak kelasnya itu.
"Kamu suka?" tanya Vera memastikan.
"Nggak, aku cuman saranin aja sama kamu mending ganti crush. Gak capek apa nyukain kulkas berjalan yang disukain banyak orang? Sifatnya jelek, banyak saingan pula," Vera tersenyum tipis mendengar saran yang dilontarkan oleh Ria.
"Udah jadi miliknya aja susah digapai," batin Vera menertawakan dirinya sendiri. Padahal sudah dibantu Kakeknya dan Kakek Rega juga takdir, tapi dirinya masih merasa seperti langit dan bumi saat disandingkan dengan Suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGATHAN [END]
Lãng mạnTerperangkap dalam trauma masa lalu membuatnya menjadi sosok yang sangat tertutup dan tak tersentuh. Tujuan hidupnya hanya belajar dan memperoleh nilai bagus. Ejekan para siswa yang mengatainya sebagai homo, sombong, ambis, dan lain-lain tak pernah...