#19. Belum Sembuh.

2K 119 1
                                    

Saat ini Rega tengah berada disebuah ruangan milik seorang pria berjas putih yang kini tengah menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Pria itu merasa terkejut saat Rega datang ke ruangannya dan langsung duduk dihadapannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Sudah hampir dua tahun Rega berhenti untuk datang ke tempatnya, tapi tiba-tiba remaja itu datang sendiri tanpa ditemani kedua orang tuanya.

"Ada perlu apa kamu datang ke sini Reg?"

Akhirnya pertanyaan yang Rega tunggu keluar juga dari mulut pria dihadapannya, tapi ia tak bisa langsung menjawab karena bingung harus menjelaskannya dari mana.

Merasa tak mendapat jawaban, pria itu menghela napas panjang.

"Saya memiliki banyak pasien, jika tidak ada keperluan lebih baik kau--"

"Apa saya sudah sembuh?" potong Rega menatap sosok pria yang dulu sempat membantunya keluar dari kegelapan selama bertahun-tahun, meski pada akhirnya Rega memilih menyerah dan berhenti mendatanginya.

Pria itu sempat terkejut dengan perkataan mantan pasiennya itu sebelum menormalkan raut wajahnya kembali.

"Kau menghentikan terapimu sejak dua tahun lalu. Jadi mana saya tahu kau sudah sembuh atau belum," ungkapnya menanggapi Rega yang juga terlihat kebingungan.

"Saya juga tak tahu," cicit pelan Rega.

"Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi," bujuk pria itu.

"Beberapa hari yang lalu saya pingsan, lalu saat saya bangun tangan seorang wanita menempel dikulit saya, tapi anehnya tubuh saya tidak menunjukkan reaksi apapun," ungkap Rega membuat Dokter psikolog itu nampak berpikir untuk memahami ucapannya.

"Apakah dia wanita yang spesial dalam hidupmu? Dalam artian kau sering berjumpa dengannya?"

Meski ragu, Rega perlahan menganggukkan kepalanya. Rega akui jika dirinya saat ini tidak bisa menyamakan Vera dengan wanita-wanita lain diluar sana karena nyatanya meski sedikit, rasa tertarik pada wanita itu ada dalam diri Rega.

"Tapi anehnya saat kemarin saya baru sampai rumah dan tak sengaja bersentuhan dengan Ibu saya, tubuh saya tetap bereaksi seperti biasanya," jujur Rega mengingat kejadian beberapa hari lalu saat dirinya pulang ke rumah orang tuanya.

"Apa setelah bersentuhan dengan Ibumu kau langsung menggila seperti dulu?" tanya Dokter memastikan, karena wajah Rega saat ini sangat pucat. Jika memang segitu parahnya, mungkin lebih baik Rega kembali diterapi daripada mati sia-sia.

Rega menggeleng pelan menanggapi pria yang sudah seperti teman curhatnya. "Tidak separah dulu. Tubuh saya hanya sedikit bergetar dan mengeluarkan keringat dingin"

"Lalu kenapa wajahmu sangat pucat?"

Rega terdiam, ia juga tak tahu alasan dirinya sakit sampai berhari-hari atau mungkin sudah berminggu-minggu. Apalagi sakit yang Rega rasakan beda seperti sakit yang biasa ia alami. Sakitnya hanya datang saat pagi hari saja.

"Saya juga tak tahu," singkat Rega menjawab jujur pertanyaannya.

Pria itu sedikit berpikir lalu meneguk kasar ludahnya sendiri saat dugaan yang tak mungkin terjadi terlintas diotaknya.

"Apa kau pernah berhubungan badan dengan wanita yang kau ceritakan?"

Tubuh Rega menegang seketika. Tidak ada yang tahu hal ini kecuali keluarganya dan keluarga Vera. Sedangkan pria yang baru saja melontarkan pertanyaan pada Rega merutuki mulutnya yang asal bicara. Mana mungkin pria yang hanya tersentuh wanita saja sudah bergetar bisa melakukan hubungan tersebut, yang ada mungkin Rega akan melakukan percobaan bunuh diri.

REGATHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang