#32. Egois

1.4K 99 0
                                    

Vera sedari tadi hanya diam di meja makan sambil sesekali menoleh ke arah tangga, berharap orang yang ia tunggu segera keluar dan sarapan bersamanya yang sudah menahan lapar sejak tadi.

"Kak Rega lama banget, ini udah satu jam lebih looh," gerutu Vera lalu berdiri dari tempat duduknya berniat untuk menyusul Rega.

Sedangkan dikamar mandi, Rega berusaha keras untuk kembali berdiri setelah menghabiskan waktu kurang dari satu jam untuk menahan sakit kepalanya dan juga mualnya yang sangat menyiksa.

Tok..Tok..Tok..

"Kak Rega didalam?" tanya Vera membuat Rega mendongak lalu perlahan berdiri dengan berpegangan pada dinding saat merasa dirinya sudah mampu untuk berdiri.

CEKLEK...
Vera sedikit terkejut saat melihat keadaan Rega. Pria itu keluar dengan wajah pucat dan tak bertenaga sama sekali.

"Kak Rega sakit?" tanya Vera berniat menyentuh kening Rega, tapi pria itu lebih dulu menepis tangannya.

"Kamu ke bawah dulu, nanti saya nyusul," dingin Rega melewati tubuh Vera begitu saja.

Vera terdiam, ia masih sedikit terkejut dengan penolakan Rega barusan. Semenjak Rega biasa saja saat bersentuhan dengannya, pria itu tak pernah merasa bermasalah jika Vera menyentuhnya. Tapi kali ini Rega menepis tangannya, bahkan mencuekinya seperti awal-awal mereka menikah.

Vera membalikkan badannya menatap Rega yang tengah mencari baju ganti.

"Kalau gitu aku ke bawah dulu, nanti nyusul ya Kak," pamit Vera sebelum keluar dari kamar, tak lupa ia menutup pintunya kembali.

Rega menghela napas panjang selepas kepergian Vera. Dengan lemas Rega mendudukkan dirinya dikasur lalu menyugar rambutnya frustasi.

"Sakit Ver--"

"Saya ingin membaginya denganmu, tapi saya juga tak mampu melihat kesedihan dan kekhawatiranmu"
.........

Setelah sarapan, Rega langsung pergi dari rumah tanpa berpamitan dan memberi alasan yang jelas akan pergi kemana dihari minggu pagi seperti ini. Vera memilih diam, Vera memang membutuhkan penjelasan, tapi Vera juga harus bisa memilih waktu yang tepat untuk menanyakannya, agar tidak memperburuk suasana.

Berulang kali Vera berpikir, ia tetap tak tahu dimana letak kesalahannya hingga membuat Rega mencuekinya dan kembali bersifat dingin sejak bangun tidur.

Hari sudah sore dan Rega masih memilih berdiam seorang diri ditaman yang mulai sepi.

Rega menatap tiket pesawat yang ada ditangannya, tangan yang beberapa saat lalu tak bisa digerakkan. Bahkan Rega sempat terjatuh saat salah satu kakinya tiba-tiba lemas dan tak bisa menahan beban tubuhnya.

Drrtt.... Drrttt....
Rega merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya yang berdering sebelum mengangkatnya.

(Rega kamu dimana sekarang?)

Rega tak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ibunya, ia memilih berdiam beberapa saat sebelum menjawabnya.

"Keluar," singkat Rega membuat Ibunya terdengar seperti menghela napas.

(Pulang sekarang!)

Tit....
Setelah mengatakannya, Ibu Rega memutuskan panggilannya sepihak.
.....

"Bu, seharusnya jangan paksa Kak Rega pulang. Mungkin Kak Rega cuman keluar buat ngilangin stres sebentar," kata Vera begitu Mertuanya menutup panggilannya.

Tadi Ibu Rega berniat main ke rumah Rega untuk melihat keadaan putranya yang baru saja keluar rumah sakit. Tapi Rega justru membuat wanita itu marah saat tahu jika Rega keluar tanpa Vera ketahui pergi kemana.

REGATHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang