#40. Akhir

3.6K 99 16
                                    

"Bagaimana mungkin aku menutup mataku saat dihadapanku terpampang jelas kehancuranku sendiri"_ Vera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana mungkin aku menutup mataku saat dihadapanku terpampang jelas kehancuranku sendiri"_ Vera

"Tuhan, tak bisakah kita untuk bersama lebih lama lagi? Setidaknya sampai aku bisa berpamitan dengan benar"_ Regathan

........................................................

"Kita mau kemana Kak?" tanya Vera saat sudah berada didalam mobil.

Pagi-pagi Rega memintanya untuk segera mandi dan bersiap. Saat sudah keluar dari apartement ternyata sudah ada mobil beserta sang sopir yang siap menghantar mereka.

Kini mereka sudah berada didalam mobil dengan sopir yang sama dengan yang kemarin menjemput mereka dibandara.

"Ke rumah sakit," singkat Rega menjawab pertanyaan Vera. Vera mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum kembali bertanya.

"Emang Kak Rega udah mulai pengobatannya hari ini?" bingung Vera karena seingatnya Rega akan memulai pengobatan beberapa hari lagi setelah Ibu Rega datang.

"Saya ingin mengunjungi Kak Akas," jawab Rega membuat Vera terdiam. Entah kenapa Vera tak menyukai nama orang yang baru saja Rega sebutkan.

Padahal Vera tak pernah bertemu dengan Akas dan juga tak mengenalnya. Vera hanya merasa tak suka saja, mungkin karena sebelumnya Rega berniat memberikannya pada pria itu dan juga pria itu merupakan pria yang seharusnya menikah dengannya, bukan Rega.

Rega merasa ganjal saat Vera tak kembali mengeluarkan suara. Ia menoleh ke samping dan mendapati Vera tengah murung dengan kepala tertunduk ke bawah. Entah apa yang wanita itu pikirkan saat ini.

"Kamu gak papakan kalau kita ketemu dia?" tanya Rega membuat Vera menegakkan kepalanya lalu menatap Rega yang juga tengah menatapnya.

Vera tersenyum tipis sebelum akhirnya mengangguk pelan sebagai jawaban. "Gakpapa, dia kan sepupu Kak Rega," kata Vera diangguki Rega.

"Dulu saya dekat dengannya sebelum ia bolak balik ke Singapore untuk mengobatan dan juga saya yang saat itu menjalani terapi karena kejadian itu," jelas Rega tersenyum tipis mengingat kenangan masa kecilnya sebelum kegelapan datang menyelimutinya.

Vera meletakkan tangannya ke pundak Rega lalu mengusapnya pelan seolah memberikan semangat. "Kalian adalah orang hebat yang berhasil bertahan sampai saat ini," kata Vera membuat Rega tersenyum lalu mengecup singkat keningnya.

"Mungkin Tuhan marah karena saya selalu berharap untuk cepat mati. Dan sekarang Tuhan ingin mewujudkan keinginan saya disaat saya ingin hidup lebih lama didunia ini," lirih Rega digelengi keras oleh Vera.

"No! Tuhan gak sejahat itu sama Kak Rega"
"Tuhan cuman ingin menguji Kak Rega," tegas Vera tak menyetujui perkataan Suaminya, hal itu membuat Rega kembali tersenyum, tapi senyum tersebut menyimpan banyak arti.

REGATHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang