Rega mengelus lembut kepala Vera yang kini tengah tertidur dipelukannya setelah kelelahan menangis. Rega mengusap sisa air mata Vera yang masih menggenang dengan jarinya lalu mengecup singkat mata yang terpejam itu.
"Eungh..." lenguh Vera menggeliat membuat Rega menepuk pelan punggungnya layaknya orang dewasa yang sedang menenangkan anaknya yang merasa terusik dalam tidurnya. Tapi apa yang Rega lakukan sia-sia, karena saat ini wanita itu sudah membuka matanya dengan sempurna dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Tubuh Rega menegang kala Vera tiba-tiba saja memeluk tubuhnya dan menelungsupkan kepalanya di depan dada Rega.
"Kak Rega harus sembuh--"
"Jangan ada niatan buat ninggalin kami," gumam Vera membuat Rega tertegun. Kalimat itu sudah Rega dengar berulang kali sejak Vera mengetahui penyakitnya.
"Kalau saya bisa, saya juga tidak ingin meninggalkan kalian," jawab Rega sambil mengelus kepala Vera, tapi wanita itu justru melepas pelukannya lalu kembali menatapnya.
"Setidaknya Kak Rega harus punya semangat hidup! Jangan putus asa, apalagi sampai berniat menitipkan aku ke Sepupu Kak Rega. Aku sama anakku bukan barang!!" kesal Vera dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
Vera memalingkan tubuhnya lalu mengusap kasar air matanya yang kembali menetes. Vera berdiri dan berniat meninggalkan kamar sebelum pelukan Rega menghentikan langkahnya.
"Saya akan menjalani perawatan. Demi kamu dan juga dia, kamu mau temani saya?" bisik Rega tepat disamping telinga Vera dengan tangan yang menelusup ke dalam baju Vera dan mengelus pelan perutnya.
"Saya tidak akan berbohong lagi. Ayo temani saya berjuang"
Vera membalikkan badannya dan langsung memeluk Rega. Rasanya semua kekesalan dan amarahnya langsung hilang saat mendengar kalimat dengan nada lembut yang baru saja terucap dari bibir Rega.
Rega tersenyum tipis melihat rasa puas Vera. Sekarang Rega merasa menyesal dan juga merasa bersalah karena tidak jujur dari awal dan memilih memendamnya sendirian.
Seharusnya Rega sadar jika yang terpenting dalam sebuah hubungan adalah kejujuran dari orang yang kita sayang.
"Kak Rega laper?" tanya Vera setelah melepaskan pelukannya.
Rega sempat berpikir sebentar sebelum mengangguk. "Kamu juga pasti laperkan?" tanya balik Rega diangguki oleh Vera.
"Iya, tapi aku males masak," jujur Vera merasa malu dengan memelankan suaranya.
Rega terkekeh lalu mencubit pelan bibir Istrinya itu sebelum meraih ponselnya. "Pesen aja kalau gitu," kata Rega diangguki antusias oleh Vera.
"Kamu ingin makan apa?" tanya Rega membuat Vera sempat berpikir sebelum menjawab.
"Em-- pengen sate, tapi pengen bubur ayam juga," bingung Vera membuat Rega mengangguk paham.
"Yaudah beli semuanya aja," kata Rega sebelum memesannya lewat ponsel genggamnya lalu meletakkannya kembali disamping tempat tidurnya setelah selesai memesan.
Setelahnya Rega berjalan keluar dari kamar membuat Vera mengeryit bingung lalu mengikuti Suaminya itu.
"Kak Rega mau kemana?" tanya Vera membuat langkah kaki Rega terhenti.
"Bikinin kamu susu," jawabnya sebelum melanjutkan langkahnya, diikuti Vera dibelakangnya.
Vera hanya duduk diam dikursi yang berada didapur saat Rega membuatkannya susu lalu memberikannya padanya.
"Makasih Kak," ucap Vera menerima gelas berisi susu tersebut.
"Ya sudah, saya mau mandi dulu. Nanti kalau makanannya sudah sampai kamu terima saja," kata Rega diangguki mengerti oleh Vera yang masih meneguk susunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGATHAN [END]
RomanceTerperangkap dalam trauma masa lalu membuatnya menjadi sosok yang sangat tertutup dan tak tersentuh. Tujuan hidupnya hanya belajar dan memperoleh nilai bagus. Ejekan para siswa yang mengatainya sebagai homo, sombong, ambis, dan lain-lain tak pernah...