"Apa kau menyukai Arkan?"
Vera mengerjapkan matanya beberapa kali setelah mendengar pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan oleh pria disampingnya.
"Kak Rega adalah orang yang terus terang dan tidak bisa basa-basi," Mungkin itulah yang ada dipikiran Vera saat ini. Entahlah, bagaimana bisa ada manusia sekaku dan sejujur Rega dimuka bumi ini.
Sedangkan Rega hanya menatap Vera tanpa ekspresi, padahal pria itu kini tengah menunggu jawaban dari wanita dihadapannya.
Rega bingung sendiri, kenapa Vera tidak langsung menjawab pertanyaannya. Dan justru diam sambil menatap dirinya dengan tatapan yang sangat aneh. Padahal Rega merasa tidak ada yang salah dari pertanyaannya. Tujuannya memanggil Vera kemari juga karena ingin memastikan hal itu. Apa sesulit itu menjawab pertanyaan yang Rega lontarkan?
"Nggak," singkat Vera yang akhirnya menjawab pertanyaan Rega yang sudah bersabar menunggu jawabannya.
"Kenapa? Bukankah kamu dekat dengannya? Saya juga melihat kalian sering makan barsama"
Vera menghela napas panjang, kemudian menatap Rega dengan tatapan pasrah. "Dengan makan barsama memang bisa menyimpukan kalau aku suka sama Kak Arkan?"
"Mungkin saja. Wanita mana yang tidak menyukai sosok pria seperti Arkan yang baik dan perhatian."
"Apa Kakak ingin aku menyukai Kak Arkan?" tanya balik Vera menatap Rega yang terkejut dan sempat berpikir beberapa saat sebelum menjawab pertanyaannya.
"Arkan pria yang baik dan--"
"Kakak juga baik," potong Vera yang sudah muak dengan Rega yang sedari tadi memuji sosok pria yang ia hindari beberapa hari ini.
"Kakak pria yang baik. Kakak siswa terbaik disekolah ini, Kakak anak yang baik, dan Kakak juga menantu yang baik," lanjut Vera.
Rega tersenyum masam saat mendengar ucapan Vera. Entah apa arti dari senyuman itu, Vera tak tahu jelas karena sangat sulit membaca apa yang Rega pikirkan hanya dari wajahnya.
"Tapi saya bukan pria yang baik untukmu," kata Rega membuat Vera membisu.
Jujur saja Vera tak bisa mengelak, karena selama ini Rega belum pernah memberikan perhatian khusus padanya yang berstatus sebagai Istrinya.
"Apa Kakak berpikir aku akan mengkhianati keluargaku yang sudah berharap agar aku bisa menjadi Istri yang baik? Jika Kak Rega terserah, tapi aku tak mau membuat keluarga Kakak, keluargaku, dan juga-- Kak Rega kecewa," cicit Vera memelankan suaranya diakhir kalimat lalu menundukkan kepalanya saat mengucapkan kata terakhir.
"Seandainya Arkan menyatakan perasaannya. Apa kau akan menerimanya?"
Vera mendongakkan kepalanya kembali, menatap Rega yang masih menatapnya dengan wajah datar. Meski ragu, Vera akhirnya tetap menggelengkan kepalanya.
"Kau ragu untuk menolaknya?" tanya Rega lagi memastikan. Rega merasa tidak puas dengan jawaban Vera yang menurutnya kurang tegas.
"Aku akan menolak--" Vera tidak melanjutkannya, saat Rega memotong ucapannya
"Meski dihadapan orang banyak?" potong Rega menatap dingin Vera.
Vera yang merasa seperti sedang diintrogasi, meneguk ludahnya sendiri susah payah. Vera tak ragu dengan jawabannya, tapi tatapan Rega'lah yang membuatnya jadi gugup.
"Aku akan menolak Kak Arkan jika memang dia menyatakan perasaannya padaku," tegas Vera menatap Rega yang puas dengan jawaban Istrinya itu, tentu saja kepuasaan itu hanya Rega sendiri yang tau.
"Buktikan. Saat hari itu tiba, saya akan berdiri dihadapanmu dan hanya melihat jawabanmu dari kejauhan. Jangan ragu," ucapan Rega membuat Vera tanpa sadar mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGATHAN [END]
RomanceTerperangkap dalam trauma masa lalu membuatnya menjadi sosok yang sangat tertutup dan tak tersentuh. Tujuan hidupnya hanya belajar dan memperoleh nilai bagus. Ejekan para siswa yang mengatainya sebagai homo, sombong, ambis, dan lain-lain tak pernah...