#27. Selamat Tinggal

1.9K 105 0
                                    

"KAK ARKAN!!"

Arkan yang sudah siap menusukkan pisau yang ia bawa ke arah Rega yang tengah terduduk menahan pisaunya dengan darah yang terus mengalir dari kedua tangannya, berhenti kemudian menoleh ke belakang saat mendengar teriakan dari seorang wanita yang sangat ia kenal.

"Vera--?" gumam Arkan menatap Vera yang kini tengah menatapnya dengan tatapan kecewa sebelum beralih menatap Rega yang terduduk lemas setelah Arkan melepaskan pisaunya.

Vera mengabaikan Arkan dan memilih berlari menemui Rega. "Kak Rega--" cicit Vera dengan mata berkaca-kaca menatap Rega yang kini sudah penuh dengan darahnya sendiri. Membayangkannya saja sudah sangat perih, apalagi merasakannya langsung.

Arkan membalikkan badannya menatap dua orang berbeda gender yang mungkin saling mencintai satu sama lain.

Tak lama Arkan kembali berbalik membelakangi mereka, sebelum berjalan meninggalkan mereka berdua dan juga para siswa siswi yang menatapnya dengan tatapan takut.

Tanpa sadar Arkan melakukannya lagi, ia melukai orang terdekat dari orang yang ia sayangi.

Tadi Arkan langsung mengambil pisau lipat yang selalu ada didalam tasnya, kemudian mencari keberadaan Rega setelah mendapatkan pesan grup dari nomer yang mengancamnya kemarin.

Berita tentang dirinya jadi tidak berguna setelah Arkan mendapatkan fakta bahwa orang yang bermalam dengan Vera adalah Rega.

Sosok yang dulu Arkan harapkan sebagai teman sejatinya, yang berbeda dari teman-temannya yang lain yang hanya memanfaatkannya demi kepentingan pribadi.

Arkan merogoh ponselnya dan mencari nomor seseorang sebelum melakukan panggilan.

(Pa)

(Tolong atur kepindahanku)

Setelah mengatakannya, Arkan mematikan panggilan sepihak. Pria itu menyenderkan tubuhnya didinding sambil menjambak rambutnya frustasi.

Mungkin memang dirinya tak ditakdirkan untuk mencintai dan dicintai seseorang. Mulai saat ini, Arkan harus bisa menerima kenyataan tersebut, dan mulai melupakan semua orang yang pernah ada dalam hidupnya.

Nyatanya sampai kapanpun Arkan hanya bisa memberikan luka pada orang yang ia sayangi, bukan cinta atau kasih sayang seperti angan-angannya.
.........

Saat ini Vera berada diuks bersama dengan Rega yang tengah ditangani oleh Dokter pria yang dipanggil Guru untuk datang ke sekolah karena Rega tak mau dibawa ke rumah sakit.

Dokter disekolah mereka sedang keluar kota, dan sekolah tidak sempat mencari Dokter lain untuk berjaga diuks. Jadilah mereka memanggil Dokter dari rumah sakit.

Vera meringis kala melihat tangan Rega yang dijahit, sedangkan Rega fokus menatap ke arah Vera tanpa mengalihkan perhatiannya. Pria itu tak terlihat kesakitan sama sekali, padahal saat dijahit ia tak diberikan obat bius.

"Ini sudah selesai dijahit, kalau begitu saya permisi," kata Dokter itu sebelum keluar dari ruangan meninggalkan sepasang Suami Istri yang tiba-tiba saja merasa canggung.

"Aku juga mau balik ke---"

"Disini dulu," potong Rega menghentikan Vera yang hendak berdiri.

"Saya mohon--" lanjutnya membuat Vera menghela napas sebelum mendudukkan dirinya kembali.

Tubuh Vera menegang saat tiba-tiba Rega menyentuh perutnya dengan tangannya yang masih berbalut perban.

"Saya boleh sentuh dia kan?" izin Rega membuat Vera tersadar dari keterkejutannya.

"Kak Rega udah nyentuh sebelum aku izinin," balas kesal Vera membuat Rega tersenyum tipis. Pipi Vera memanas saat melihat senyuman tersebut, ini merupakan momen langka yang hanya terlihat dikeadaan tertentu.

REGATHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang