Vera yang sudah menunggu kedatangan Rega sejak kemarin sore terkejut saat mendapatkan kabar jika saat ini pria itu sudah berada dirumah sakit yang berada tak jauh dari sekolahnya.
Bersama orang tua Rega, Vera pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Rega. Sebelumnya Vera juga ditelpon oleh Dela, setelah dirinya mendapatkan kabar tentang Rega.
Dela berkata jika Ria sempat berbincang dan hendak mendekati Rega sebelum Rega jatuh pingsan. Dela dan Elsa curiga jika kemungkinan Rega pingsan karena traumanya.
Sedangkan Ria langsung dipindahkan keluar daerah begitu orang tuanya tau jika selama ini putrinya telah menjadi penguntit dari putra sematawayang Bosnya. Untungnya tak ada penolakan dari gadis itu. Mungkin saja Ria sadar jika perbuatannya selama ini merusak privasi dan membuat tak nyaman seseorang.
"Kak Rega!"
Vera berjalan cepat menemui Rega yang sedang terduduk dibrankar sambil tersenyum tipis menatap ke arah Vera.
"Kak Rega gak papakan?" tanya Vera khawatir.
Rega tersenyum tipis sambil menggenggam tangan Vera yang menyentuh pipinya.
"Saya gak papa," ucap Rega membuat Vera menghelas napas lega.
"Rega kenapa Dok?" tanya Ayah Rega pada Dokter pria yang berdiri tak jauh dari Rega.
Sebelum menjawab Dokter itu melirik ke arah Rega yang menggeleng pelan.
"Ekhem-- pasien tidak apa-apa. Mungkin hanya kecapean hingga membuatnya stres dan mimisan," jelas Dokter membuat Rega menghela napas pelan.
"Ibu kan udah bilang, jangan paksain diri. Ayah sama Ibu gak butuh nilai kamu, kesehatan dan kebahagiaan kamu paling utama Reg," omel Ibunya ketika mendengarkan penjelasan Dokter.
"Maaf Bu--" cicit Rega membuat Ibunya menghela napas lelah.
"Kalau begitu saya permisi," pamit Dokter tersebut sebelum keluar dari ruangan Rega.
Setelah Dokter keluar, kedua orang tua Rega mendudukkan diri mereka disofa yang berada dipojok ruangan rawat VVIP tersebut karena merasa pegal. Sedangkan Vera duduk disamping brankar Rega sambil menyibukkan diri dengan mengupas buah.
"Bu, Yah, Rega mau ngomong sesuatu," ucap Rega membuat kedua orang tuanya menoleh ke arahnya. Tak hanya mereka berdua, tapi Vera juga menghentikan kegiatannya untuk menatap sang Suami.
"Kenapa?" tanya Ayahnya membuat Rega menghela napas sebelum tersenyum manis ke arah Vera, lalu menggenggam tangan wanita tersebut.
"Vera hamil," ucap Rega membuat kedua orang tuanya terkejut. Mereka mengerjapkan mata beberapa kali sebelum berdehem pelan untuk menghilangkan kegugupan dan rasa terkejut mereka.
"Berapa usianya?" tanya Ibunya tersenyum senang.
"Dua bulan," jawab singkat Rega.
"Kalian sering lakuin itu?" tanya Ayah Rega membuat Ibu Rega mencubit perutnya.
"Ini hasil waktu dihotel," jujur Rega membuat kedua orang tuanya semakin terkejut.
Mereka paham jika usia Rega dan Vera merupakan masa-masa yang masih subur dan mudah punya anak, tapi bukankah sekali main langsung jadi itu sangat mengagumkan?
"Jadi ini alasan Vera tiba-tiba keluar sekolah?" tanya Ibu Rega membuat Vera mengangguk pelan.
"Huh-- Ibu kira karena kamu dibully atau gak pandai berteman makanya takut sekolah," Ibu Rega menghela napas lega saat tahu alasan Menantunya keluar dari sekolah dan memilih homeschool.
"Tapi usia kamu itu masih muda lho Ver, kalau pengen sesuatu atau rasain sesuatu jangan sungkan buat ngomong sama Ibu," peringat Ibu Rega membuat Vera mengangguk patuh.
"Iya Bu," jawab Vera.
"Ayah seneng denger kabar ini, orang tua Vera pasti juga seneng. Padahal sebelumnya Ayah udah ikhlas seandainya emang gak dikasih Cucu," kata Ayah Rega diangguki setuju oleh Ibu Rega.
"Makanya nanti Ayah sama Ibu janji buat jaga Vera dan anak Rega," ucap Rega membuat mereka menoleh ke arahnya dengan raut wajah bingung.
"Itu kewajiban kamu," kata Ayah Rega.
Rega hanya tersenyum tipis sambil mengangguk pelan. "Semoga Rega bisa ngejalanin kewajiban Rega," batinnya.
......Kini diruangan serba putih itu hanya ada Rega dan Vera, karena kedua orang tua Rega sudah pulang beberapa saat yang lalu.
"Mau minum?" tanya Vera memberikan air minum pada Rega setelah memberikan suapan terakhir. Rega mengangguk lalu menerima gelas berisi air minum itu dari Vera.
Vera menerima kembali gelasnya saat Rega memberikannya, lalu meletakkan dinakas samping brankar Rega.
"Kak Rega pucet banget," kata Vera sambil mengelus kepala Rega.
Deg...
Entah perasaan takut apa yang tiba-tiba datang ini. Mulut Vera rasanya langsung kering begitu melihat banyaknya rambut Rega yang rontok, dan kini menempel ditangannya."Rambut saya emang rontok. Besok kamu beliin sampo merk lain ya, sampo yang saya pake sekarang kayaknya gak cocok," ucap Rega begitu melihat Vera terdiam setelah melihat rambutnya yang rontok.
Vera mendongak lalu mengangguk pelan dengan senyuman tipis yang sedikit memaksakan saat bertatapan dengan Rega.
"Iya, besok harus ganti sampo biar rambut Kak Rega gak rontok," ucap Vera membuat Rega terkekeh.
"Kenapa memangnya? Kamu takut saya botak terus gak ganteng lagi?" goda Rega diberi gelengan keras dari Vera.
"Bukan gitu! Aku cuman gak mau lihat rambut Kakak rontok, itu aja kok," jawab Vera membuat Rega mengacak-ngacak rambut Vera gemas.
"Jangan jatuh cinta sama saya," kata Rega dengan tatapan penuh arti.
"Tapi aku udah jatuh cinta sama Kak Rega"
"Kamu udah jatuh? Kalau gitu kamu harus berusaha bangkit sendiri, karena mungkin saya gak bisa tolong kamu--"
"Dan gak bisa nolong diri saya sendiri," lanjut Rega dalam hati.
"Ck.. Kak Rega ngomong apaan sih. Gak jelas. Tinggal bilang aja kalau Kak Rega belum cinta sama aku," decak Vera mengalihkan suasana yang menurutnya terlalu serius dan canggung.
"Vera--"
"Ya?"
"Jaga dia ya," kata Rega sambil menelusupkan tangannya ke perut Vera yang sedikit membuncit.
"Kak Rega gak mau jaga dia?" tanya balik Vera menatap ke arah Rega yang menunduk menatap perutnya.
"Saya sayang dia," jawaban Rega beda dengan pertanyaan yang Vera lontarkan.
"Aku ngantuk," kata Vera menatap Rega dengan mata sayunya.
Rega tersenyum lalu menggeser tubuhnya "Tidur disamping saya sini, masih luas tempatnya," kata Rega menepuk sampingnya.
Vera menurut dan naik ke atas lalu menyembunyikan kepalanya diketiak Rega. Pria itu tak masalah sama sekali, justru ia senang. Mungkin jika wanita lain Rega akan mendorongnya lalu melarikan diri, tapi yang memeluknya adalah Istrinya sendiri, satu-satunya perempuan yang bisa bersentuhan dengannya.
Rega tersenyum tipis saat melihat Vera sudah tertidur pulas dipelukannya. Rega menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah cantik Vera lalu mengusap lembut kepalanya.
Momen indah itu terhenti saat Rega merasakan pusing yang amat sangat menyakitkan. Rega menarik tangannya perlahan lalu mendudukkan tubuhnya dengan hati-hati agar tidak mengganggu tidur Vera.
Rega berusaha turun dari brankar, tapi baru saja menyentuh lantai, kakinya sudah lemas dan dirinya terjatuh ke bawah.
Rega meremas kuat rambutnya sambil memejamkan matanya untuk menahan mulutnya agar tidak bersuara dan menganggu tidur Vera.
......
Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.
......JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!
☞ ☆ ☜
KAMU SEDANG MEMBACA
REGATHAN [END]
RomanceTerperangkap dalam trauma masa lalu membuatnya menjadi sosok yang sangat tertutup dan tak tersentuh. Tujuan hidupnya hanya belajar dan memperoleh nilai bagus. Ejekan para siswa yang mengatainya sebagai homo, sombong, ambis, dan lain-lain tak pernah...