#38. Masih Ragu

1.5K 87 2
                                    

"Kak Rega sangat tampan," puji Vera menatap Rega yang tengah menggunakan topi berwarna putih untuk menutupi kepalanya.

"Karena saya memakai topi?" tanya Rega dibalas gelengan oleh Vera.

"Karena Kak Rega memang tampan. Dan juga--" Vera menjeda ucapannya.

Rega menautkan kedua alisnya bingung saat Vera tak segera melanjutkan perkataannya. "Dan juga?--"

"Dan juga karena Kak Rega adalah Suamiku. Jika Kak Rega tak tampan tak mungkin aku dulu menjadi pengagum rahasia Kak Rega," lanjut Vera membuat Rega terkekeh lalu memberantaki rambutnya gemas.

"Kita pergi sekarang?" tanya Rega mamastikan. Vera mengangguk lalu menggandeng tangan Rega sebelum berjalan.

Saat diperjalanan Vera tertidur dengan posisi kepala yang bersender dibahu lebar milik Rega.

Sopir yang mengemudikan mobil mereka hanya tersenyum tipis saat melihat keromantisan pasangan muda itu dari kaca yang berada diatasnya.

"Den Rega tumben minta saya mengemudikan mobilnya," kata Pak sopir itu membuat Rega menatap ke arahnya.

"Ah-- itu karena keadaan saya tak memungkinkan untuk menyetir mobil. Saya tak ingin membahayakan anak dan Istri saya," jawab Rega lalu menatap kedua tangannya yang terkadang mati rasa.

Pak sopir yang bekerja dirumah Ayahnya itu mengangguk paham. "Semoga den Rega bisa cepet sembuh," ucapnya.

"Aamiin, terimakasih Pak," jawab Rega tersenyum tipis.

Rega menoleh ke arah Vera yang masih memejamkan matanya, lalu meraih tangan mungilnya dan menggenggamnya.

"Ver bangun, kita sudah sampai,"kata Rega membangunkan Vera dengan cara menepuk pelan pundaknya.

"Heum..? Baiklah," jawab Vera yang masih setengah sadar sambil mengucek matanya.

Mereka berdua turun dari mobil lalu melangkahkan kaki memasuki gedung rumah sakit.

Hingga sampailah kaki mereka disalah satu ruangan yang sudah ada seorang wanita berjas putih yang menunggu mereka.

"Silahkan berbaring," katanya mempersilahkan Vera yang menatap Rega seolah meminta persetujuan. Rega mengangguk sebagai jawaban.

"Ayahnya bisa mendekat untuk melihat babynya," kata Dokter tersebut membuat Rega akhirnya berdiri disamping Vera sambil menggenggam tangan wanita tersebut.

Vera dan Rega fokus menatap layar monitor yang menampilkan anak mereka saat alat itu sudah berada diatas perut Vera.

"Lihatlah, anak kalian lumayan aktif," kata Dokter memberitahu.

Rega tersenyum, tapi matanya menyiratkan kesedihan, ketakutan, dan juga kebahagian. Rega takut meninggalkan anaknya, tapi disisi lain ia sangat bersyukur melihat anaknya tumbuh dengan baik didalam rahim Istrinya.

Vera melirik ke arah Rega, tanpa sadar air matanya menetes saat melihat sorot mata lelaki itu. Vera juga merasakan perasaan yang sama seperti Rega. Ia tak mau ditinggalkan oleh pria itu dan ingin membesarkan anak mereka bersama-sama.

Setelah selesai, Vera diperbolehkan berdiri lalu mereka berdua diminta duduk disaat Dokter akan menjelaskan keadaannya dan juga sang bayi.
.......

Disepanjang perjalanan pulang, saat didalam mobil, Rega terus menatap foto usg yang berada ditangannya.

"Apakah dia hidup?" tanya Rega yang masih merasa takjub dengan nyawa sosok kecil yang tadi ia lihat.

Vera hanya tersenyum lalu mengarahkan tangan Rega untuk menyentuh perutnya.

REGATHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang