#23. Jangan Temui Lagi

1.9K 110 0
                                    

Hari ini Arkan sudah diperbolehkan masuk kembali ke sekolah, tapi pria itu justru merasa takut dan malu.

Arkan takut jika dirinya bertemu dengan Vera dan juga malu jika harus memperlihatkan wajahnya didepan wanita itu setelah perbuatan tak senonoh yang ia perbuat beberapa minggu yang lalu.

Tapi disisi lain Arkan sangat merindukan Vera dan ingin meminta maaf pada gadis itu. Apakah Arkan masih memiliki keberanian untuk melakukan hal itu? Arkan bimbang, ia masih ingin berhubungan baik dengan Vera meski hanya sebatas teman, tapi ia tak punya nyali untuk menunjukkan batang hidungnya dihadapan gadis itu. Entahlah, biarkan takdir yang menentukan alur hidupnya saat ini.

"Menu makan siang hari ini apa ya?"

"Kenapa emang?"

"Kalau serba berminyak gak makanlah, tambah gendut aku nanti"

Arkan menoleh ke belakang saat mendengar percakapan para siswi yang tak asing ditelinganya. Benar dugaannya, para siswi yang tengah mengobrol itu adalah Vera dan juga teman-temannya.

"Hai--"

Arkan melambaikan tangannya sambil tersenyum canggung saat mereka berempat mulai mendekat ke arahnya. Tapi mereka justru sama sekali tak memedulikan Arkan dan hanya melewati tubuhnya begitu saja tanpa berniat membalas senyuman dan sapaan pria itu.

Senyum Arkan perlahan pudar dan digantikan dengan raut kecewa yang terpancar jelas diwajahnya saat ini. Arkan kesal, tapi ia tak tahu harus kesal pada siapa, karena dirinya sendirilah yang menciptakan jarak itu.

Kini Arkan merasa rindu saat-saat dimana dirinya mengobrol dan makan bersama dengan para Adik kelasnya. Jika bersama mereka Arkan bisa sedikit tersenyum sambil menikmati wajah damai milik Vera yang sama sekali tak menganggap keberadaannya. Tapi kini? Keempatnya tak memedulikan Arkan sama sekali.

Bahkan mungkin sudah membencinya karena telah merusak privasi mereka didalam kamar asrama yang seharusnya menjadi tempat untuk beristirahat dan melakukan semua hal sesuka mereka sebagai sesama wanita.
....

Ditempat makan siang, Vera melihat Rega tengah duduk sendirian dengan mata terfokus pada laptop dihadapannya.

Terlalu memerhatikan Rega, Vera sampai tidak sadar jika dihadapannya ada Kakak kelas yang tengah membawa makanan, alhasil Vera bertabrakan dengannya.

"Maaf Kak--"

"Maaf aku gak sengaja," Vera menundukkan kepalanya sebagai bentuk permintaann maaf. Meski tidak sampai tumpah, tetap saja Vera merasa bersalah sekaligus malu karena berjalan tanpa memerhatikan sekitar.

"Iya, gak papa," balas Kakak kelas perempuan itu berlalu begitu saja meninggalkan Vera. Perempuan itu merasa Adik kelasnya memang tak sengaja, lagipula ia tak papa, jadi untuk apa memperpanjang masalah?

Vera menghela napas kemudian menegakkan kepalanya kembali. Setelahnya Vera tak sengaja melihat ke arah Rega lagi, dan ternyata pria itu juga tengah menatapnya. Vera buru-buru mengalihkan perhatiannya kemudian menyusul teman-temannya yang sudah antri ditempat pembagian makan.

Setelah mendapatkan makanannya, Vera dan teman-temannya langsung duduk disalah satu tempat yang kosong.

Vera memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya menahan kesal saat Rega masih terus memperhatikannya sejak pria itu menyadari keberadaannya. Ayolah! Siapa yang bisa makan dengan nyaman jika seseorang yang kita hindari justru tengah memerhatikan kita.

"Buruan keluar sih," gerutu Vera.

"Ver gak makan?" tanya Dela yang melihat temannya itu belum menyentuh makanannya.

REGATHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang