Pagi ini Vera dan Rega sudah sampai diasrama. Mereka berdua langsung menuju ke sekolah setelah meletakkan barang bawaan mereka diasrama masing-masing.
Tentu saja tak ada yang tahu jika Vera dan Rega kembali ke sekolah secara bersama, jika ada mungkin saat ini sekolah sudah heboh dengan berita yang ditambah-tambahkan melalui mulut ke mulut atau ketikan dan teruskan pesan.
Saat pulang sekolah, Arkan menawari Vera dan teman-temannya makan siang. Pria itu terlihat tengah memberikan perhatian khusus pada Vera dari beberapa hari yang lalu. Jika gadis lain mungkin akan sangat menyukainya. Tidak ada alasan untuk menolak sosok Arkan yang tampan dan terkenal ramah. Tapi itu tidak berlaku untuk Vera, gadis itu justru merasa risih dengan perhatian yang diberikan oleh pria yang berstatus Kakak kelasnya itu. Vera hanya tak mau memberi harapan palsu dan menyukai seseorang. Sampai kapanpun Vera tak akan pernah mau menerima Arkan, meski suatu saat ia bisa saja menyukai pria itu.
Vera sudah meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak akan pernah berpaling dari Rega semenjak mereka menikah, meski Suaminya itu tak memperlakukannya layaknya seorang Istri. Vera cukup menjadi Istri yang baik, dan lainnya terserah Rega akan bagaimana.
Berulang kali Arkan berusaha keras mengajak Vera berbincang, tapi gadis itu hanya membalas dengan"Hehe iya". Selainnya, para teman Vera lah yang membalas Arkan agar pria itu tak merasa diabaikan. Bahkan Vera tak menerima traktiran dari Arkan, gadis itu memilih membayar pesanannya sendiri sebelum Arkan membayarnya. Dan tanpa basa-basi, Vera langsung bergegas meninggalkan kantin menuju ke asramanya.
......TAK.. TAK...
Rega menoleh ke samping saat dirinya mendengar suara ketukan dimeja. Saat menoleh dengan wajah datarnya, Rega dapat melihat Arkan tengah tersenyum mencurigakan ke arahnya.
Arkan langsung duduk disamping Rega yang hanya diam seperti patung. Rega bahkan mengabaikan Arkan yang mengobrak-ngabrik tumpukan buku diatas meja yang baru ia pinjam.
"Ngapain kamu ke sini?" to the point Rega tanpa mengalihkan perhatiannya.
Arkan yang merasa sedang diajak bicara menoleh ke arah Rega dengan wajah yang berpura-pura sedang berpikir.
"Emangnya gua gak boleh ke perpustakaan?" tanya balik Arkan tanpa membalas pertanyaan yang baru saja dilontarkan Rega padanya.
Rega menghela napas lalu kembali membuka buku tebal yang sebelumnya sempat ia tutup karena kedatangan manusia disampingnya.
"Kamu tidak akan datang ke perpustakaan jika tidak karena suatu alasan," ucap Rega terlalu jujur tanpa menoleh ke arah Arkan yang menggaruk kepalanya sendiri.
"Ck.. Iya iya, gua ada perlu," jawab Arkan yang akhirnya mengaku.
"Perhatiin kalo ada orang ngomong," Rega langsung menghadap ke arah Arkan saat pria itu menegurnya.
"Jadi apa?" datar Rega menatap Arkan yang terlihat gelisah.
"Kalo gua nembak Vera gimana?"
Tak ada balasan. Arkan hanya mengedipkan matanya beberapa kali sambil menunggu jawaban patung dihadapannya yang entah sedang apa. Sungguh sangat sulit membaca isi pikiran Rega. Susah, senang, sedih Rega hanya akan menampilkan wajah datar hingga membuat siapapun ingin menonjok wajah tampannya itu.
"Memangnya Vera mau?"
JLEEP...
Sekalinya mengeluarkan suara, Rega mampu membuat Arkan terpelanting dan terguling-guling. Sangat datar, tapi begitu menusuk. Tidak ada yang salah dari pertanyaan yang dilontarkan Rega, tapi entah kenapa Arkan kena mental.Arkan tersenyum terpaksa sebelum menjawab pertanyaan Rega.
"Yang penting diungkapin," jawabnya yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGATHAN [END]
RomanceTerperangkap dalam trauma masa lalu membuatnya menjadi sosok yang sangat tertutup dan tak tersentuh. Tujuan hidupnya hanya belajar dan memperoleh nilai bagus. Ejekan para siswa yang mengatainya sebagai homo, sombong, ambis, dan lain-lain tak pernah...