Indra masuk ke dalam kamar Gibran setelah mengetuk pintu kamar itu sebanyak tiga kali. Pria itu meletakkan nampan berisi sepiring makanan, segelas air dan juga obat di meja samping tempat tidur Gibran.
"Mereka bilang mau jenguk kamu habis ini," ucapnya.
Gibran yang sebelumnya berdiri di balkon kini kembali masuk ke kamar kemudian duduk di sofa. "Hm."
"Kenapa murung gitu?" tanya Indra, pria itu duduk di samping Gibran.
"Kepikiran aja sama orang itu."
"Makannya cepet sembuh biar bisa tawuran lagi," kata Indra dibarengi tawa membuat keponakannya itu tersenyum meski hanya sekejap.
"Gimana ya sama Alghoz sekarang?"
"Tenang aja, Daniel pasti bisa jalanin tugasnya sebagai wakil."
Gibran mulai mengambil sepiring nasi di atas meja itu lalu memakan sesuap. "Kyra gimana ya?"
"Kyra siapa? Pacar kamu? Kok nggak bilang-bilang."
Mendengar itu membuat Gibran hampir tersedak, ia lupa memberitahukan tentang Kyra kepada pamannya.
"Cewek yang Gibran suka," jawab Gibran pelan lalu segera menekan sesuap nasi lagi.
"Ha? Apa-apa gak kedengeran tumben suaramu kecil, Bran."
"Ck, nggak usah pura-pura budek deh om."
"Loh beneran gak kedengeran, Kyra siapa sih?"
"Cewek yang Gibran suka," ucap Gibran ngegas, Indra yang mendengar pengakuan dari Gibran seketika membulatkan kedua matanya seakan yang didengarnya ini adalah sebuah keajaiban.
"Om nggak mimpi kan? Beneran kan ini Bran?" tanya Indra dan hanya dibalas anggukan oleh Gibran. "Jangan main-main loh ya, harus yang serius. Om nggak suka kalau punya keponakan playboy."
"Iya, serius kok."
"Om pegang omongan kamu, eh..tapi Bran itu artinya pas kamu pamit mau pergi ke pasar malam itu sama Kyra dong?"
"Iya."
"Loh...loh..terus gimana keadaan Kyra? Dia baik-baik aja kan?"
"Iya, tenang aja kan Gibran sendiri yang jagain."
"Lah tapi kamunya kaya gini kok, kepala di perban, perutnya juga luka, bibirnya luka. Gak kelihatan gagah gini mau jadi pelindung."
"Loh...om ini kok meremehkan ya. Om Indra lupa keponakan om ini siapa ha? Gibran om, Gibran. Cowok paling ganteng, populer, kaya, pemimpin salah satu geng terkuat, paket komplit," ucap Gibran sembari merentangkan kedua tangannya.
"Heleh...masih gantengan om."
"Sejak kapan? Gak ada sejarahnya ketampanan seorang Gibran terkalahkan."
"Mulai lagi dah nih anak, PD nya tingkat dewa."
"Loh..kan harus PD nggak boleh yang namanya insecure itu."
Indra hanya bisa menggeleng pelan, Gibran memang sulit untuk dipahami. Saat pertama ia mengajak Gibran bicara remaja lelaki itu hanya menjawab seperlunya sedangkan sekarang malah berbicara panjang kali lebar.
"Eh..iya Bran tadi om beli video game baru, mau main gak?" tawar Indra, pria 32 tahun itu seperti sedang mengajak teman sebayanya bermain.
"Mau, mau...nanti malam jam sepuluh. Janji?" sahut Gibran sembari menunjukkan jari kelingkingnya.
Indra tersenyum lebar lalu melingkarkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Gibran. "Janji! Sampe pagi, berani gak?"
"Ya, iya dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Action"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...