Semua mata memandang mereka tapi yang dipandang justru tidak peduli sama sekali, mereka bertujuh berjalan menuju meja terpojok, tempat langganan Alghoz dari kelas sepuluh.
"Uh...capek juga ya habis latihan," ucap Naufal.
"Lebih capek Gibran habis lomba lari sama Pak Ferdi hahaha," ucap Zavier.
"Eh iya, ya. Gimana Bran perasaannya setelah ikut lomba lari tak berhadiah," ujar Naufal sembari tertawa.
"Ngejek gua ya lo Fal," balas Gibran.
"Haha enggak-enggak, becanda Bran."
"Oh iya btw parade eskulnya besok ya?" tanya Elvano
"Yoi," jawab Daniel.
"Berarti nanti latihan lagi ya kayak biasanya?"
"Iya dong."
"Ehm...Bran hari ini gua gak ikut latihan ya gak papa kan?"
"Alasannya?" jawab Gibran
"Ada urusan."
Mendengar jawaban yang diberikan Elvano membuat Gibran menatapnya serius, ia kemudian berhenti bermain ponsel.
"Apa yang lo sembunyiin?"
"Maksudnya? Gua gak nyembunyiin apa-apa," elak Elvano
"Gua lebih suka orang yang jujur."
"Bran gua saranin jangan sekarang deh kalau bahas itu," bisik Daniel ditelinga Gibran.
Tapi bisikan Daniel sama sekali tidak didengarkan, Gibran tetap mengintrogasi Elvano menatapnya serius apalagi setelah melihat gelagat Elvano yang bingung membuat mulut Gibran gatal ingin mengeluarkan banyak pertanyaan.
"Van..." panggil Gibran dengan suara beratnya
"Uhm...gua pergi dulu gua baru inget kalau tadi gua dipanggil sama Pak Ardi" ucap Elvano lalu melenggang pergi sementara yang lain hanya menatapnya bingung
"Aneh," ucap Zavier
"Gua susulin dulu," ucap Naufal
"Gua aja lo sama yang lain tetep disini," ucap Gibran tiba-tiba, membuat Naufal mengurungkan niatnya untuk menyusul sahabat kecilnya itu dan duduk kembali ke kursinya.
"Kalian makan aja dulu," ucap Gibran dan langsung melangkah pergi.
Langkahnya dia percepat agar tidak kehilangan jejak Elvano, melewati koridor yang jauh dari kata sepi sedikit menghalanginya untuk menyusul Elvano ditambah dengan kerumunan cewek-cewek lebay yang tidak bosan-bosannya menganggu Gibran.
"Katanya dipanggil Pak Ardi," gumam Gibran ketika melihat Elvano menapaki anak tangga menuju rofftop.
"Lo bohong sama gua," ujar Gibran setelah sampai di rofftop, membuat Elvano terkejut.
"Gibran? Maaf."
"Apa sih yang berusaha lo tutupin ha? Lo nggak percaya sama gua?"
"Enggak, bukan gitu."
"Terus?"
"Sebenernya waktu gua ketemu lo di rumah sakit, itu gua ada janji sama salah satu dokter disana buat ngejalananin pengobatan."
"Pengobatan? Lo sakit apa?"
"Nggak parah kok cuman asma aja tapi sama ibu gua disuruh ngobatin ke dokter aja biar cepet sembuh daripada ngejalannin pengobatan mandiri."
"Ya tapi lo harus tetep bilang ke kita lah Van."
"Maaf, gua nggak mau kalian khawatir. Gua nggak mau jadi beban apalagi gua ini ketua divisi 4 harusnya gua nggak boleh sakit-sakitan kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Acción"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...