Gibran masuk ke ruang UKS, dokter yang biasanya bertugas masih ada urusan sehingga keadaan UKS sepi saat itu, Gibran sama sekali tidak ada niatan untuk memanggil anak PMR yang bertugas hari ini dia lebih memilih untuk merawat Kyra sendiri.
Gibran mendudukkan tubuh lemas Kyra di tempat tidur UKS, dia mengambil beberapa lembar tisu yang terdapat di atas nakas.
Dengan telaten Gibran membersihkan darah yang keluar dari hidung Kyra, tampak raut muka khawatir tercetak jelas diwajah Gibran setelah itu dia memencet cuping hidung Kyra selama 10 menit dengan jarinya hal ini bertujuan untuk memberikan penekanan pada titik pendarahan agar darah berhenti mengalir.
Tidak lama kemudian Alghoz, Diyah dan Dita masuk ke ruang UKS, mereka memperhatikan Gibran yang tengah sibuk merawat Kyra.
Alghoz yang melihat kejadian itu hanya tersenyum. Setelah mimisan Kyra berhenti, Gibran dengan hati-hati membaringkan tubuh Kyra lalu berjalan menuju lemari kaca beukuran sedang yang menyimpan obat-obatan dan barang lain yang dibutuhkan.
Gibran mengambil minyak kayu putih di sana lalu mengoleskannya di bagian pelipis, leher dan kaki Kyra dia juga memijat bagian itu dengan ibu jari dan jari telunjuknya.
Sesekali Gibran juga mendekatkan mulut botol minyak kayu putih itu ke hidung Kyra agar Kyra cepat sadar.
Suasana ruangan UKS yang sunyi mendadak sedikit ramai karena suara Daniel.
"Kalian berdua balik aja ke kelas!"
"Tapi kita mau jagain Kyra," ujar Diyah.
"Ada Gibran sama yang lain, kita semua akan jagain Kyra."
Diyah dan Dita saling bertatapan, mereka bingung antara harus pergi atau tetap berada di sana.
"Tenang aja Kyra aman kok sama kita, Gibran pasti bakal di samping Kyra terus sampai dia sadar," ujar Gilang yang dari tadi diam membuat kekhawatiran Diyah dan Dita sedikit reda, mereka pun berpamitan untuk kembali ke kelas.
"Kita tunggu di luar aja!" ajak Gilang pada Alghoz hal itu mendapat anggukan dari mereka semua.
Kini Zavier, Elvano dan Naufal duduk di bangku yang sudah disediakan di depan ruang UKS, Daniel berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di dinding ruang UKS, sementara Rizky dan Gilang berjongkok di samping bangku.
Lima menit kemudian Tania datang berniat untuk menuju ke ruang UKS, dia berjalan sambil memainkan ujung rambut dengan jari telunjuknya.
Naufal yang kebetulan menoleh ke arah datangnya Tania langsung berdiri dan menghadang jalan Tania.
"Mau kemana lo?!" tanya Naufal yang kini sudah berada di depan Tania membuat Tania mau tak mau harus memberhentikan langkahnya.
"Mau jenguk Kyra, kenapa? Ada yang salah?"
"Bilang aja kalau lo mau ganggu mereka."
"Nah tuh tahu, udah minggir jangan halangin jalan princess."
"Gak akan!"
"Ih lo maunya apa sih, lo suka sama gua sorry ya gua cuma cinta sama Gibran."
"PD amat lo! Asal lo tahu ya selera gua jauh di atas lo mana mungkin gua suka sama cewek munafik kaya lo!" ucap Naufal seraya menuding Tania.
"Lo gak sopan banget ya, gua itu kakak kelas lo sopan dikit kek!"
"Ngapain juga gua sopan sama cewek kaya lo, dasar cabe!" ujar Naufal seraya tersenyum miring.
Tania geram, ucapan Naufal membuat hatinya sakit hingga dengan kesadaran penuh ia melayangkan tangan kananya untuk menampar Naufal tapi sayangnya tangan itu berhasil di tangkis oleh Naufal.
Tania mencoba melepaskan genggaman tangan Naufal di tangannya yang semakin keras membuat ia kesakitan tapi tampaknya tenaga Naufal lebih besar daripada dirinya.
"Oh gitu ya, mau main tangan. Oke gua ladenin."
Naufal melepaskan genggamannya di tangan Tania, Tania hanya meringis kesakitan sambil memegang pergelangan tangannya.
"Ayo tampar gua! Tendang sekalian. Gak masalah kok nanti gua tinggal lakuin yang sama ke lo, jadi impas."
Tania menatap penuh amarah, tangannya mengepal menandakan ia tengah memendam kekesalan. "Lo gila ya?! Lo itu cowok sedangkan gua cewek, kasar banget."
Naufal memutar bola matanya malas. "Kenapa? Takut? Gak suka sama cara gua?"
"Ya..nggak lah! Harusnya lo tuh cari lawan yang sepadan, pengecut! Modelan kaya lo ngaku jadi anggota Alghoz."
Secara tiba-tiba Naufal menarik kerah baju Tania membuatnya terkejut, gadis itu sedikit berjinjit. "Nggak usah sok-sokan kasih penilaian tentang gua! Ini hidup gua. Apa urusannya sama lo!"
Tania menutup mulutnya rapat, tatapannya tak terlihat semenantang tadi. "Eh..udah Fal, lepasin ingat dia cewek," sambar Gilang mencoba melerai.
Naufal tersenyum miring, dia masih belum melepaskan cengkramannya. "Jalang kaya gini lo bela Lang!"
"Gua nggak bela dia, gua cuma nggak mau masalahnya jadi panjang dan malah nyusahin Gibran."
"Ck! Yaudah pergi sana!" ujar Naufal pada Tania sembari melepas cengkraman tangannya.
Tania mematung di tempat, marah dan takut sudah menjadi satu saat ini. Ia hanya bisa menunduk tak berani menatap Naufal yang berubah menjadi ganas seketika.
"Lo budek ha?! Gua bilang pergi ya pergi!"
Tania langsung terlonjak kaget ia memberanikan diri untuk menatap Naufal meski hanya sekilas memastikan kalau yang dihadapannya ini memang Naufal yang satu frekuensi dengan Zavier dan setelah itu ia langsung pergi.
Setelah itu Naufal dan Gilang kembali ke tempatnya masing-masing sedangkan yang lain masih belum mengalihkan perhatiannya dari Naufal. Sadar dirinya diperhatikan, dia menoleh masih dengan wajah sebal.
"Apa!" ujarnya ngegas.
Seketika mereka semua langsung mengalihkan Pandangannya berbeda dengan Zavier yang malah mendekatkan diri pada Naufal.
"Van tuker tempat dong," pinta Zavier pada Elavano yang duduk di tengah-tengahnya dan Naufal.
"Fal lo kesambet?"
"Gak."
"Kok beda, lo kayak bukan Naufal yang biasanya."
"Emosi gua! Bisa-bisanya ada spesies modelan kaya dia, nggak tahu diri kegatelan lagi, amit-amit punya cewek kaya dia. Kasihan gua sama Gibran digangguin terus sama dia."
"Iya bener tapi perasaan masalah Tania yang terus ganggu Gibran itu yang tahu cuma gua sama Daniel yang lain aja baru tahu tadi kok lo bisa tahu, nguping ya."
"Loh..lo belum tahu? Gua kan bisa baca pikiran," ujar Naufal dengan tampang serius meski ucapannya hanyalah candaan belaka.
Mendengar penuturan Naufal membuat yang lain kembali melihat ke arahnya.
"Eh yang bener, coba lo prediksi kisah cinta gua?"
"Emh...gua mencium aroma-aroma," ucap Naufal sambil menirukan gaya Roy Kiyoshi
"Aroma apa?" tanya Zavier antusias
"Jengkol."
Mendengar ucapan Naufal membuat yang lain tertawa, situasi yang sepi di sekitar UKS mendadak ramai karena gelak tawa mereka.
🔥🔥🔥
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Action"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...