Tubuh Kyra membeku seketika. Berada di dekat mostwanted sekolah benar-benar membuat jantungnya berdegup kencang.
Orang yang sangat dia rindukan setelah lebih dari satu minggu jarang bertatap muka meskipun sebenarnya dirinya belum berstatus sebagai apa-apa.
Kini orang itu meblokade Kyra di meja dengan kedua tangannya. Kyra meneguk salivanya susah payah. Keringat mulai bercucuran dari pelipisnya. Jantungnya bekerja lebih cepat.
Gibran benar-benar membuatnya tak karuan. Posisi mereka yang dekat kini semakin dekat saat Gibran dengan perlahan mendekatkan wajahnya pada Kyra.
Wajah Gibran tampak tenang. Hal itu membuat jantung Kyra berdegup sangat kencang. Saat ini otaknya sedang menerka apa yang akan Gibran lakukan selanjutnya.
Gibran meniup pelan leher Kyra membuat Kyra merinding. Gibran tahu betul kalau sikapnya sudah membuat Kyra gugup dan memang itu tujuannya. Melihat Kyra yang sesekali menggigit pelan bibirnya menjadi petunjuk bahwa gadis itu benar-benar gugup.
"Gua," ucap Gibran dengan suara khasnya dia sengaja menggantung ucapannya untuk melihat reaksi Kyra.
Kyra menutup rapat-rapat matanya. Menggigit pelan bibir bawahnya. Saat ini Gibran berhasil membuatnya sangat gugup tapi tiba-tiba terdengar suara tawa milik Gibran membuat Kyra terpaksa membuka mata.
"Bbbhahaha...muka lo hahaha...pipi dah merah aja kayak habis di tampol hahaha..." Gibran menertawai Kyra dengan puas melihat ekspresi Kyra membuatnya tak kuat menahan tawa.
Kyra kesal melihat Gibran yang tertawa tanpa merasa bersalah sudah membuat jantungnya maraton, kekurangan oksigen, dan membuat suhu tubuhnya menjadi dingin. Dia pun mengambil segenggam tepung di belakangnya lalu melemparkannya ke wajah Gibran.
"Uhuk..uhuk."
Kyra tertawa sangat puas saat melihat lemparannya itu tepat sasaran mengenai wajah Gibran.
"Kak Gibran mirip kesemek hahaha."
Dengan muka datar andalannya, Gibran kembali mendekat ke Kyra. Tanpa basa-basi tangan kanannya melingkar di pinggang Kyra, menariknya untuk mendekat. Kyra yang diperlakukan seperti itu langsung berhenti tertawa bukan wajah bahagia lagi yang ditunjukkannya melainkan wajah ketakutan dan gugup.
Gibran menatap Kyra begitu intens dengan mata tajam miliknya. Wajah yang berbalut tepung itu sama sekali tidak mengurangi aura ketampanannya.
"Lo yang minta gua kayak gini!"
"Min-minta apa?"
Tanpa menjawab pertanyaan Kyra. Gibran kembali mendekatkan wajahnya, nafasnya berhembus tepat di depan wajah Kyra.
Tidak lama kemudian Kyra merasakan tangan Gibran meraup wajahnya dengan tepung. Oke ini pembalasan dari pemimpin Alghoz untuknya tapi tunggu dulu ini terlihat tidak adil karena tepung yang dibalutkan Gibran diwajahnya lebih banyak daripada yang diberikannya pada Gibran.
Gibran menjauhkan tubuhnya dari Kyra setelah selesai membalas perlakuan gadis itu padanya. Sebuah senyuman terukir jelas di wajahnya.
"Uhuk..uhuk..ih Kak Gibran gak adil ini lebih banyak daripada yang aku lemparin ke wajah kakak!"
"Gua sayang makanya gua kasih banyak."
"Ha? Sayang?" ujar Kyra yang takut salah dengar.
"Iya."
"Apaan sayang-sayang ini namanya bukan sayang tapi pembalasan."
"Ya biasa aja dong gak usah ngegas donat."
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Acción"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...