Terdengar suara derap langkah kaki yang cukup cepat. Priska melihat ke arah pintu kamar. "Sial! Bukan Gibran yang datang, ganti rencana!"
Wanita bersurai panjang itu langsung menarik Kyra mendekat, menggunakan tangan kirinya untuk menahan tubuh Kyra sementara tangan kanannya menodongkan pistol tepat pada dahi Kyra.
Rangga, pria itu datang lebih dulu bersama Nada dan Tina. Dua wanita itu menjerit histeris saat melihat Kyra yang nyawanya terancam tanpa pikir panjang Rangga langsung maju tanpa persiapan apapun.
Ia sudah siap melayangkan satu pukulan pada rekan Priska tapi sayangnya pukulan itu berhasil di tangkis, jelas terlihat lawannya tidak bisa diremehkan.
Bugh
Rangga mendapat beberapa pukulan di bagian perut dan wajah, serangan terakhir yang ia dapat adalah sebuah tendangan. Pria itu tak mampu lagi melawan, tubuhnya terhuyung ke lantai untung saja Nada dan Tina segera membantunya.
"Kalau aja Gibran yang datang, gua pastiin kalian berdua tersiksa karena teror sudah dimulai Kyra," bisik Priska seraya tersenyum miring.
Ia lantas mendorong Kyra dengan keras membuat gadis itu terjatuh tak jauh dari tempat Rangga. Remaja yang menjadi rekannya menembakkan pistol ke arah lampu kamar seketika ruangan menjadi gelap setelah itu mereka segera melangkah pergi.
🔥🔥🔥
"Kenapa bisa jadi begini sih nak? Apa kamu membuat kesalahan sampai orang seperti mereka mengincarmu?" tanya Tina sembari memeluk putri bungsunya itu.Namun Kyra hanya diam, gadis itu menutup mulutnya rapat-rapat tapi ia masih belum berhenti menangis. Tidak lama kemudian Gibran datang dari raut wajahnya saja terlihat jelas bahwa ia sangat khawatir, Gibran langsung berjongkok di depan Kyra menatapnya dengan sendu.
"Lo nggak papa kan? Ada yang luka? Dimana mereka Ra, mereka ngancam apa? Lo beneran baik-baik aja kan?" tanya Gibran bertubi-tubi sembari memperhatikan Kyra dari atas sampai bawah.
"Nggak usah sok peduli lo!" sahut Rangga seraya mendorong pundak Gibran dengan keras. "Mana janji Lo Bran! Mana ha?! Katanya lo mau ngelindungin Kyra bahkan kalau lo nggak berhasil lo nyuruh gua buat bunuh lo apa gua harus bunuh lo sekarang ha?!"
Rangga menatap kesal pada Gibran, kedua tangannya mengepal kuat serangan tak terduga dapat di terima Gibran kapan saja.
"Nyawa Kyra terancam Bran kalau aja gua datangnya telat nggak tau lagi apa yang terjadi sama Kyra, selama ini hidupnya tenang tapi semenjak dia kenal lo! Deket sama lo! Hidupnya terancam!"
"Kalau lo punya masalah, banyak orang yang musuhin lo, mau ngabisin lo tolong nggak usah nyeret orang lain juga! Ini masalah lo bukan masalah Kyra, cewek di hadapan lo ini nggak tahu apa-apa Bran!"
Tak ada jawaban apapun dari Gibran, remaja itu hanya diam dan menunduk, sepertinya Gibran menerima semua perkataan Rangga tanpa berniat menyanggahnya.
"Buktiin ke gua Bran! Buktiin kalau yang gua denger selama ini bukan cuma omong kosong, kalau seorang Gibran nggak pernah main-main sama ucapannya! Jangan jadi pengecut Bran!"
"Siapa yang pengecut!" sambar Akbar, ia datang bersama Indra, Daniel, Naufal, Gilang dan Rizky. "Gibran bukan pengecut, kamu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya jadi jangan menyalahkan Gibran untuk semua hal."
"Enggak pa, Gibran emang salah," balas Gibran masih menunduk. "Gua tahu permintaan maaf nggak akan membantu, gua akuin gua gagal nepatin janji gua waktu itu, tapi gua nggak akan nyerah, gua mau berusaha lebih keras."
Rangga tersenyum remeh. "Gua nggak mau denger apa-apa dari lo maupun komplotan lo ini, dari awal firasat gua udah nggak enak tentang lo dan ternyata bener emang dasarnya lo itu cuma bawa malapetaka buat Kyra."
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN RAFFRANSYAH
Ação"Biarin gua jadi pembunuh, Ra." Kehidupan remajanya penuh tantangan, air mata dan luka akibat tragedi yang menimpa keluarganya. Membuatnya menjadi remaja nakal yang pantang di atur, tidak kenal takut dan akrab dengan berbagai rasa sakit. Berusaha me...